kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

AISA tertopang margin maknyus bisnis beras kemasan


Jumat, 18 November 2016 / 07:42 WIB
AISA tertopang margin maknyus bisnis beras kemasan


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) diperkirakan masih akan mencetak kinerja positif pada tahun depan. Hal ini seiring dengan fokus AISA menggarap segmen beras yang memiliki margin lebih tinggi.

Menurut hitungan AISA, margin laba beras kemasan bisa mencapai 18%. Sedangkan margin beras curah hanya sekitar 12%.

Analis Samuel Sekuritas Marlene Tanumihardja mengatakan, AISA masih mampu meningkatkan performa margin dengan fokus pada beras kemasan. "Sentimen positif untuk AISA pada tahun depan adalah daya beli, makroekonomi, dan margin yang lebih stabil karena AISA fokus ke beras bermerek," kata Marlene pada KONTAN, Kamis (17/11).

AISA menarik dikoleksi karena memiliki solvabilitas yang baik. Kinerja keuangan AISA juga makin meyakinkan pascadivestasi PT Golden Plantation Tbk (GOLL) yang selama ini belum memberikan keuntungan.

Lantaran AISA memegang saham mayoritas, kondisi tersebut menekan kinerja keuangan AISA. "Pascadivestasi bisnis perkebunan ini, bottom line AISA akan positif. Beban keuangan juga berkurang, karena GOLL ini utangnya cenderung besar," jelas Marlene.

Ia memperkirakan bahwa kinerja AISA akan terdorong oleh pabrik-pabrik baru yang akan beroperasi. AISA berencana menambah kapasitas pabrik beras dengan membangun dua pabrik beras di Kabupaten Sidrap dan Bone, Sulawesi Selatan.

Pembangunan pabrik ini akan dimulai semester dua tahun depan, dengan nilai investasi keduanya Rp 600 miliar. Kedua pabrik ini akan berkapasitas produksi 240.000 ton beras per tahun. Jika tak ada aral melintang, pabrik akan beroperasi pada 2018.

Analis Indopremier Securities Sandra Thio juga menyoroti konsistensi strategi dan keseriusan AISA membangun merek beras andalannya, Maknyuss, melalui usaha kemitraan. Ia melihat, penjualan beras bermerek AISA ini terutama didorong oleh Mitra Usaha Maknyus (MUM).

"Hingga Oktober 2016, MUM telah mencapai 2.600 titik distribusi dibandingkan dengan semester I-2016 yang hanya 2.000 titik," kata Sandra.

Sandra mencatat, margin kotor AISA naik menjadi 26,7% di kuartal ketiga 2016 dari 22,7% di periode yang sama tahun lalu. Ini disebabkan oleh biaya bahan baku yang lebih rendah dan sales mix yang menguntungkan, terutama pada kontribusi beras bermerek.

Tapi Analis Daewoo Securities Dang Maulida mengingatkan tingkat utang AISA cukup tinggi. Sisi positifnya, utang ini berfungsi baik untuk menghasilkan pendapatan.

Dang mencatat, komposisi pendapatan AISA dari bisnis penggilingan padi mencapai 62,2% dari total pendapatan, turun dari 65% pada periode yang sama tahun lalu. Manufaktur makanan berkontribusi 35,6% dibandingkan dengan 31,4% tahun lalu.

"Ini merupakan pergeseran menguntungkan bagi AISA," ujar Dang. Menurut Marlene, bila dibandingkan dengan saham konsumer yang lain, valuasi AISA masih lebih murah, tapi dengan kapitalisasi pasar lebih kecil.

Marlene dan Sandra merekomendasikan beli untuk AISA dengan target harga Rp 2.240 dan Rp 2.200 per saham. Analis BNI Securities Ankga Adiwirasta juga merekomendasikan beli untuk AISA dengan target harga di Rp 2.600 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×