kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.678.000   -23.000   -1,35%
  • USD/IDR 16.265   95,00   0,58%
  • IDX 6.638   24,89   0,38%
  • KOMPAS100 989   6,52   0,66%
  • LQ45 772   2,68   0,35%
  • ISSI 204   1,51   0,74%
  • IDX30 401   1,74   0,43%
  • IDXHIDIV20 484   3,14   0,65%
  • IDX80 112   0,84   0,75%
  • IDXV30 118   1,00   0,85%
  • IDXQ30 132   0,57   0,44%

Agustus, kinerja BUMN konstruksi masih seret


Jumat, 18 September 2015 / 17:16 WIB
Agustus, kinerja BUMN konstruksi masih seret


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Adi Wikanto

JAKARTA. Delapan bulan berlalu, realisasi kontrak baru emiten kontruksi pelat merah masih tetap lesu.

Hingga akhir Agustus, total kontrak anyar yang berhasil didulang empat emiten kontruksi BUMN baru Rp 46,5 triliun.

Pencapaian ini masih belum mencapai separuh dari total target Rp 116,3 triliun yang ditetapkan keempatnya tahun ini atau baru 39,9%. Sebetulnya, perolehan ini sudah mencapai 46,1% dari target awal.

Namun, PT Waskita Karya Tbk (WSKT) mengerek target dari Rp 23,4 triliun menjadi Rp 39 triliun sehingga total target naik dari Rp 100,7 triliun menjadi Rp 116,3 triliun.

Kendati masih belum mencapai separuh target, perolehan kontrak baru selama delapan bulan pertama tumbuh 23,3% dibanding periode yang sama tahun 2014 dengan pencapaian sebesar Rp 37,7 triliun.

Performa terbaik masih di tangan PT Pembangunan Perumahan tbk (PTPP) dengan perolehan kontrak anyar sebesar Rp 16,1 triliun.

Artinya, perseroan telah berhasil merealisasikan 59,6% dari target yang dipatok tahun ini sebesar Rp 27 Triliun. Ini tumbuh 47% secara year on year (yoy).

Lalu, WSKT berhasil memperoleh kontrak anyar Rp 11,2 triliun atau 47,8% dari target awal.

Lantaran sampai pertengahan September perolehan kontrak barunya telah mencapai Rp 16,6 triliun, WSKT mengerek target menjadi Rp 39 triliun sehingga realisasi target hingga Agustus baru 28,7%.

Pencapaiam WSKT ini tumbuh 4,6% yoy. Management perseroan optimis target jumbo tersebut bisa tercapai karena masih banyak proyek jalan tol yang bisa diincar perseroan.

"Masih banyak proyek di kuartal IV ini terutama tol yang bisa kita dapatkan," kata Antonius Nugroho Sekretaris WSKT baru-baru ini.

Sementara kontrak baru PT Adhi Karya Tbk (ADHI) tumbuh 73% yoy menjadi Rp 7,8 triliun atau 41,7% dari target dan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) memperoleh kontrak baru Rp 11,4 triliun atau 36% dari target Rp 31,6 triliun.

Kontrak baru yang diperoleh keempat emiten tersebut sebagian besar masih ditopang oleh proyek swasta.

PTPP misalnya mendulang kontrak baru dari swasta sekitar 44%, proyek BUMN 36% dan pemerintah 20%. Lalu, WIKA mendapat kontrak baru dari swasta 65%, pemerintah 31,5% dan BUMN 3,5%.

ADHI mendapat mendapat kontrak baru dari swasta sebesar 43%, proyek pemerintah 44% dan sisanya dari BUMN. Hanya WSKT yang minim mendapat kontrak swasta.

Perseroan lebih banya k mendapat kontrka baru dari pemerintah dan BUM dengan kontribusi masing-masing 40%.

Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri mengatakan sektor konstruksi tahun ini memiliki prospek yang lebih baik dari sektor lain.

Tapi lambatnya penyerapan infrastruktur pemerintah dan tekanan nilai tukar membuat perolehan kontrak baru emiten kontruksi sedikit melambat.

“Tekanan nilai tukar membuat perhitungan untuk kontrak proyek-proyek infrastruktur melambat,” kata Hans .

Hans melihat, tantangan tersebut akan membuat sektor kontruksi sulit mencapai target kontrak baru tahun ini.

Prediksinya, hingga akhir tahun total kontrak baru yang ditargetkan keempat emiten kontruksi pelat merah hanya kan tercapai sekitar 70%-75%.

Menurutnya, WSKT dan PTPP akan tumbuh lebih baik tahun ini dibandingkan emiten yang lain.

Pasalnya, WSKT banyak memperoleh kontrak baru dari pemerintah sedangkan PTPP banyak mengincar proyek-proyek swasta terutama pembangunan properti.

Senada, David Nathanael, Analis First Asia Capital menilai prospek emiten kontruksi tahun ini cukup bagus karena sejalan dengan program pemerintah mendorong proyek infrastruktur.

Hanya saja, lambatnya serapan anggaran membuat target kontrak baru sulit tercapai hingga akhir tahun.

David mengatakan, sulit bagi sektor kontruksi untuk mengejar target di sisa empat bulan ini jika dalam delapan bulan pertama realisasinya belum sampai separuh.

Selain lambatanya penyerapan anggaran infrastruktur, lanjutnya, tekanan nilai tukar juga menjadi tantangan sektor kontruksi.

Oleh karena itu, David memperkirakan hingga akhir tahun paling optimis target hanya akan tercapai sekitar 70%-75%.

Kendati demikian, David masih tetap merekomendasikan buy untuk keempat emiten kontruksi pelat merah WSKT, PTPP, ADHI dan WIKA dengan target harga masing-masing Rp 1.750, Rp 3.800, Rp 2.400 dan Rp 3.000.

Sementara Hans hanya merekomendasikan buy untuk WSKT, PTPP dan WIKA dengan target harga masing-masing Rp 1.800, Rp 3.900 dan Rp 3.100. Untuk ADHI, dia masih memilih wait and see sampai perseroan selesai right issue.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

[X]
×