Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Realisasi proyek infrastruktur yang diandalkan pemerintah mampu menggerakkan ekonomi, ternyata masih seret. Indikasinya, pencapaian kontrak baru emiten konstruksi BUMN hingga Juli 2015, belum mencapai separuh target tahun ini.
Selama tujuh bulan pertama tahun ini, total kontrak baru yang diraih empat emiten konstruksi BUMN hanya senilai Rp 44,14 triliun. Angka itu setara 43,9% dari target tahun ini sebesar Rp 100,7 triliun. Memang ketimbang realisasi kontrak baru di periode sama tahun lalu, pencapaian periode ini tumbuh 56,5%.
Di akhir Juli 2014, total kontrak baru emiten konstruksi BUMN tercatat Rp 28,2 triliun. Meski demikian, tidak semua proyek yang diperoleh emiten konstruksi BUMN tahun ini berasal dari proyek pemerintah.
PT Waskita Karya Tbk (WSKT), misalnya, sekitar 40,3% dari total kontrak hingga Juli 2015 yang senilai Rp 10,6 triliun, berasal dari proyek BUMN. Sedangkan proyek pemerintah dan swasta masing-masing menyumbang 38,7% dan 21%.
Dari kinerja empat emiten konstruksi BUMN, realisasi kontrak baru yang paling mendekati target adalah PT PP Tbk (PTPP), mengantongi kontrak baru senilai Rp 15,14 triliun. Ini berarti PTPP berhasil merealisasikan 56% dari target kontrak baru tahun ini senilai Rp 27 triliun.
Posisi kedua adalah WSKT yang meraup kontrak baru sebesar Rp 10,6 triliun atau 45,2% dari target tahun ini senilai Rp 23,4 triliun. Sedangkan PT Adhi Karya Tbk (ADHI) mencatatkan kontrak baru selama tujuh bulan pertama tahun ini sebesar Rp 7 triliun. Jumlah itu setara 37,4% dari target tahun ini Rp 18,7 triliun.
Adapun PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) memperoleh kontrak baru senilai Rp 11,4 triliun. Angka itu setara 36% dari target 2015 senilai Rp 31,6 triliun. Kontraktor swasta
Sementara realisasi kontrak baru emiten konstruksi swasta cukup memuaskan. Seperti PT Acset Indonusa Tbk (ACT) yang berhasil meraup kontrak anyar Rp 2,14 triliun hingga akhir Agustus 2015. Pencapaian ini setara 85,6% dari target 2015. Bahkan pencapaian kontrak itu tumbuh pesat hingga 286,2% dari periode yang sama tahun lalu.
Moncernya kontrak anyar inilah yang memicu ACST mengerek target sampai 20% tahun ini. Sebelumnya, perseroan hanya membidik kontrak baru sebesar Rp 2 triliun. Sebagian besar kontrak baru ACST berasal dari proyek konstruksi senilai Rp 1,6 triliun atau menyumbang 74,7% kontrak. Kemudian proyek fondasi berkontribusi sebesar Rp 514 miliar, sementara proyek Grup Astra, selaku induk, sebesar Rp 360 miliar.
Realisasi kontrak baru PT Total Bangun Persada Tbk (TOTL) juga bagus. Hingga akhir Agustus, TOTL meraup 60% dari total target kontrak baru atau Rp 1,8 triliun. Kendati realisasi sudah lebih separuh target, TOTL belum berencana menaikkan target. "Kami belum berencana mengubah target," kata Mahmilan Sugiyo Warsana, Sekretaris Perusahaan TOTL kepada KONTAN, Selasa (1/9).
Adapun kontrak anyar PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA) hingga akhir Juli Rp 2,35 triliun, tumbuh 19,2% dan setara 57,3% dari target tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News