Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Dana kelolaan reksadana terus mengalami penyusutan terseret tekanan pasar modal. Infovesta Utama mencatat dana kelolaan industri reksadana menguap Rp 3,6 triliun dalam sebulan terakhir.
Dana kelolaan reksadana turun dari Juli yang mencapai Rp 249,38 triliun menjadi Rp 245,69 triliun pada Agustus 2015. Penurunan dana terjadi selama tiga bulan berturut-turut sejak Juni menjadi Rp 251,02 triliun dari Mei 2015 sebelumnya yang sebesar Rp 254,59 triliun.
Analis Infovesta Utama Viliawati mengatakan penurunan dana kelolaan di Agustus disebabkan oleh koreksi pada pasar saham yang cukup signifikan sebesar 6,1% dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Koreksi ini mengakibatkan nilai pasar portofolio saham pada reksadana ikut menyusut.
"Sehingga dana kelolaan reksadana secara industri yang juga ikut tertekan.Sebab, dana kelolaan reksadana berbasis saham menempati porsi yang cukup signifikan secara industri," ujar Vilia, akhir pekan lalu.
Penurunan dana kelolaan terbesar memang disumbang oleh reksadana saham sebesar Rp 5,47 triliun dari Rp 103,11 triliun pada Juli menjadi Rp 97,64 triliun pada Agustus. Kemudian disusul oleh reksadana campuran turun sebesar Rp 697 miliar dari Rp 19,58 triliun menjadi Rp 18,88 triliun pada periode yang sama.
Direktur Utama Danareksa Investment Management (DIM) Prihatmo Hari sepakat penurunan dana kelolaan disebabkan oleh tekanan pasar saham yang menjadi aset dasar reksadana saham. "Dana kelolaan kami pada Agustus turun karena mark to market," tutur Hari.
Sedangkan Direktur Indopremier Investment Management (IPIM) Diaah Sofiyanti mengatakan dana kelolaan perusahaan turun dari Rp 2,68 triliun menjadi Rp 2,64 triliun pada Agustus. "Dana kelolaan turun karena market valur. Namun, unit penyertaan kami masih meningkat dan masih nett subscription," ujar perempuan yang akrab disapa Ofie ini.
Beda lagi Direktur Utama BNI Asset Management Reita Farianti yang mengaku mengalami penurunan dana kelolaan Rp 200 miliar secara month on month (MoM) dari Rp 11,05 triliun pada Juli menjadi Rp 10,8 triliun pada Agustus 2015. Menurut dia, penurunan dana kelolaan disebabkan oleh dua reksadana terproteksi yang jatuh tenpo.
"Selain itu juga terdapat pencairan dari reksadana pasar uang oleh investor institusi yang melakukan rebalancing portfolio," kata Reita.
Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dana kelolaan PT Panin Asset Management (PAM) juga turun dari Rp 10,96 triliun menjadi Rp 10,15 triliun di Agustus. Direktur PAM Ridwan Soetedjo mengatakan turunnya dana kelolaan disebabkan adanya penarikan dana atau redemption. "Ada switching (peralihan) dana investor namun masih normal. Investor masih tetap tenang," ujar Ridwan.
Secara YTD masih tumbuh
Kendati demikian, dana kelolaan industri reksadana masih tumbuh 7% secara year to date dari Rp 228,30 triliun pada tahun lalu. Vilia mengatakan pertumbuhan dana kelolaan disebabkan oleh naiknya unit penyertaan reksadana dari 141,70 miliar unit pada akhir tahun lalu menjadi 174,23 miliar unit.
"Unit penyertaan masih tumbuh meski reksadana berbasis saham terkoreksi," kata Vilia.
Ofie optimistis dana kelolaan perusahaan masih bisa tumbuh hingga Rp 3 triliun di akhir tahun. Pertumbuhan akan ditopang oleh meningkatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia. "Apabila goverment spending yang digelontorkan bisa 93% dari target pemerintah, maka pertumbuhan Indonesia juga akan potensial," ujar Ofie.
Ridwan juga yakin dana kelolaan akan tumbuh dipicu oleh membaiknya pasar modal di kuartal IV. Belanja pemerintah diperkirakan akan mencapai puncak menjelang akhir tahun. Disamping itu, realisasi pembangunan infrastruktur akan mendorong optimisme investor. "Maka, investor akan masuk lagi ke reksadana dan menopang pertumbuhan dana kelolaan," tutur Ridwan.
Sedangkan BNI AM akan mengejar target pertumbuhan dana kelolaan sebesar Rp 14 triliun di akhir tahun. Reita mengatakan investor institusi yang melakukan rebalancing portfolio bakal kembali pada September ini. Dus, dana kelolaan juga akan bertambah.
Untuk memenuhi target tersebut, BNI AM juga akan menerapkan strategi seperti menerbitkan reksadana penyertaan terbatas (RDPT) baru serta optimimalisasi sinergi dengan grup Bank Negara Indonesia (BNI).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News