Reporter: Benedicta Prima | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) tahun ini memangkas target pendapatan pra-penjualan (marketing sales) dari Rp 2 triliun - Rp 2,5 triliun menjadi Rp 1 triliun - Rp 1,5 triliun.
Direktur Proyek dan Operasional Agung Podomoro Land Paul Christian, mengatakan, pemangkasan ini sejalan dengan dampak yang dialami APLN sejak awal pandemi di Indonesia yang menekan kinerja, dan baru mulai membaik setelah ada pelonggaran pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Baca Juga: Begini kondisi Agung Podomoro Land (APLN) di semester I-2020
"Kita boleh beraktivitas, mulai membaik tetapi memang belum bisa kembali ke masa-masa pandemi sebelum pandemi Covid-19, jadi target marketing kami dari awal Rp 2 triliun - Rp 2,5 triliun menjadi Rp 1 triliun - Rp 1,5 triliun," jelas Paul dalam public expose live, Selasa (25/8).
Adapun realisasi marketing sales APLN sepanjang Januari- Juli 2020 sebesar Rp 610 miliar.
Untuk mencapai target tersebut, Direktur Marketing Agung Podomoro Land Agung Wirajaya menjelaskan strategi yang dilakukan salah satunya memodifikasi produk sesuai dengan kebutuhan pasar dan menyesuaikan kemampuan daya beli yang saat ini dinilai lebih rendah dari sebelum Covid-19.
Baca Juga: Peringkat dipangkas, begini rekomendasi untuk saham PPRO, APLN, dan ASRI
"Saat ini perbankan juga sangat selektif, jadi kami mengadopsi fleksibilitas cara bayarnya," jelas Agung.
Direktur Keuangan Agung Podomoro Land Cesar Manikan Dela Cruz, menambahkan, saat ini permintaan pasar didominasi oleh rumah tapak, sehingga di semester dua ini diprediksi rumah tapak akan memberikan kontribusi paling besar.
"Kita melihat di semester kedua ini rumah tapak yang mendominasi kontribusi," jelasnya.
APLN juga akan terus melakukan launching produk mereka. Paul menjelaskan, sebagian proyek yang tetap akan diluncurkan adalah proyek yang saat ini sedang berjalan seperti Borneo Bay Residence dan Podomoro Gold View.
Baca Juga: Agung Podomoro kenalkan Kota Podomoro Tenjo
Sedangkan produk yang saat ini dalam tahap tes pasar adalah Kota Podomoro Tenjo dan Kota Kertabumi.
Kota Podomoro Tenjo mengambil konsep transit oriented development (TOD) di atas lahan seluas 700 ha, dekat dengan KRL Jakarta-Rangkas Bitung. Sedangkan proyek di Kertabumi terdiri dari 200 unit dibangun di atas lahan seluas 5,6 ha. Kedua proyek tersebut dibanderol dengan harga Rp 200 juta ke atas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News