Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. PT BRI Agroniaga Tbk (AGRO) kembali melakukan fundraising melalui pasar modal. Anak usaha PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) bakal melepas maksimal 7,69 miliar saham melalui skema Penambahan Modal Dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHETD).
"Target perolehan dananya Rp 1 triliun," kata Haru Koesmahargyo, Direktur Keuangan BBRI kepada KONTAN belum lama ini.
Artinya, harga pelaksanaan rights issue tersebut sekitar Rp 130 per saham. Adapun harga nominalnya sebesar Rp 100 per saham.
AGRO akan menggunakan dana hasil rights issue untuk memperkuat struktur permodalan yang selanjutnya akan digunakan untuk ekspansi kredit. Seperti diketahui, perseroan tengah dalam agenda untuk naik kelas ke Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) III.
Aksi korporasi ini akan meningkatkan modal ditempatkan dan disetor penuh sebesar 50,19%. Saat ini, modal ditempatkan dan disetor AGRO tercatat sebesar 1,15 miliar saham.
Namun, pada saat yang bersamaan, rights issue tersebut akan memberikan efek dilusi sebesar 33,42%. Oleh sebab itu, BBRI selaku induk AGRO akan mengeksekusi haknya. "Ini untuk mempertahankan porsi kepemilikan kami atas AGRO sebesar 87%," jelas Haru.
BBRI menjadi pemegang saham mayoritas AGRO sebesar 87,23%. Dana Pensiun Perkebunan menguasai 6,97%, sementara 5,8% saham AGRO dikuasai masyarakat.
Rencananya, rights issue AGRO akan efektif dilaksanakan pada Juni 2017 mendatang. Tapi, perseroan sebelumnya perlu meminta persetujuan pemegang saham melalui RUPS yang rencananya akan dilaksanakan pada 12 April nanti.
Menyambut aksi korporasi ini, saham AGRO kemarin anjlok hingga 135 poin atau setara 12,74% ke level Rp 925 per saham. Saham AGRO menyentuh level terendah intraday Rp 875 pada perdagangan sesi I, atau anjlok 17,4 % dibandingkan dengan level penutupan sebelumnya.
Saham ini kembali bergerak dan mengurangi penurunan sebelumnya saat jeda siang. Penurunan tersebut merupakan respon pasar atas harga pelaksanaan rights issue AGRO yang jauh di bawah harga pasar.
"Saham yang sama, tapi di pasar Rp 1.000, mending beli yang harganya Rp 130 dong," kata analis First Asia Capital David Sutyanto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News