Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. PT Adaro Energy Tbk (ADRO) akhirnya mendapat kepastian pendanaan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) 2x100 Mega Watt (MW) di Tabalong, Kalimantan Selatan. Konsorsium Adaro baru saja mendapatkan pinjaman sindikasi senilai US$ 409 juta dari enam sindikasi perbankan untuk pembiayaan proyek tersebut.
Proyek yang dikerjakan oleh PT Tanjung Power Indonesia (TPI) itu bernilai investasi US$ 545 juta. TPI merupakan konsorsium yang dibentuk oleh PT Adaro Power bersama PT EWP Indonesia, anak usaha Korea East West Power Co, Ltd. Dalam proyek ini, ADRO mengempit 65% saham. Sementara, sisanya 35% saham dimiliki oleh EWP.
Mahardika Putranto, Sekretaris Perusahaan ADRO mengatakan, enam sindikasi bank yang memberikan pinjaman itu diantaranya Korea Development Bank, The Bank of Tokto Mitsubishi UFJ, Ltd, DBS Bank Ltd, Mizuho Bank Ltd, Sumitomo Mitsui Banking Corporation, dan HSBC.
Pinjaman itu memenuhi 75% kebutuhan pendanaan dari proyek PLTU tersebut. Sisa kebutuhan investasi akan menggunakan ekuitas dari masing-masing pihak. Nantinya, ADRO akan memberikan jaminan atas dukungan ekuitas yang akan dilakukan Adaro Power. "Total kewajiban kontijen sebesar kurang lebih US$ 88 juta," ujar Mahardika, Selasa (29/11).
Nantinya, listrik yang dihasilkan dari proyek ini akan dijual ke PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) sesuai dengan jangka waktu perjanjian yakni 25 tahun setelah selesainya tahap kontruksi.
Selesainya pendanaan ini bakal menambah portofolio ADRO di proyek listrik. Seperti diketahui, belum lama ini ADRO juga sudah menuntaskan pendanaan untuk proyek pembangkit listrik 2x1.000 MW di Batang, Jawa Tengah, di bawah PT Bhimasena Power Indonesia (BPI). Total investasi untuk proyek PLTU Batang itu mencapai US$ 4,2 miliar.
Raphon Prima, Analis NH Korindo Securities dalam riset 24 November 2016, masih memberikan proyeksi positif untuk saham ADRO. Selain dari proyek listrik, bisnis Adaro akan terdorong dari kenaikan harga jual rata-rata (ASP) batubara. Harga jual rerata ADRO di kuartal III lalu naik menjadi US$ 42 per ton dibandingkan kuartal sebelumnya senilai US$ 40 per ton.
Ia memperkirakan, di Kuartal IV 2016 ini, ASP ADRO akan lebih tinggi lagi, menjadi US$ 58 per ton. "Sehingga, ADRO akan memperoleh pertumbuhan pendapatan lebih tinggi," ujarnya. Ia merekomendasikan Beli untuk saham ADRO dengan target harga hingga akhir tahun 2017 sebesar Rp 2.130 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News