Sumber: KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Adaro Energy Tbk (ADRO) tidak bisa tersenyum lebar tahun ini. Pasalnya, curah hujan yang tinggi menjadi penghalang untuk mengeruk laba bersih lebih besar. Perusahaan yang melantai di bursa pada tahun 2008 ini hanya menargetkan laba bersih yang sama besar dengan 2009.
Andre J. Mamuaya, Director of Corporate Affairs & Corporate Secretary Adaro Energy menyatakan, tahun ini, bottom line (laba bersih) perusahaannya sama seperti tahun lalu. "Jadi cenderung flat," kata Andre akhir pekan lalu. Tahun lalu pendapatan ADRO sebesar Rp 26,93 triliun dan laba bersih Rp 4,36 triliun.
Menurut Andre, perkiraan tidak ada lonjakan laba bersih tahun ini karena sejumlah pertimbangan. Sebut saja kenaikan ongkos rasio pengupasan (stripping ratio) batubara serta beban bunga yang harus ditanggung perusahaan itu setelah tahun lalu menerbitkan obligasi.
Selain itu, perusahaan yang berencana mengakuisisi perusahaan tambang Bhakti Energi Persada (BEP) ini menaksir harga batubaranya tahun ini tidak akan jauh berbeda dengan tahun lalu, atau sekitar US$ 56 per ton. "Harga jual sama seperti tahun lalu," jelas Andre.
Nah, tahun ini, ADRO menargetkan dapat memproduksi batubara 45 juta metrik ton (MT). Berarti, dengan estimasi tadi, ADRO bakal mengantongi pendapatan US$ 2,52 miliar. Namun pendapatannya masih akan tergerus selisih kurs akibat penguatan rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS).
Pada semester I-2010 saja, akibat penguatan rupiah terhadap dollar AS, ADRO menderita kerugian kurs sebesar Rp 121,4 miliar. Padahal semester I tahun lalu, ADRO mengantongi keuntungan kurs senilai Rp 292 miliar.
Andre menyebutkan, penyebab tidak maksimalnya produksi batubara karena curah hujan yang tinggi. Sebagai catatan saja, pada enam bulan pertama 2010 ini, ADRO hanya mampu memproduksi batubara sebanyak 21,62 juta MT. "Tapi kami masih yakin bisa mencapai target sebanyak 45 juta MT. Biasanya di kuartal tiga produksi akan melonjak," harap Andre.
ADRO saat ini masih memiliki cadangan batubara yang berlimpah. Total cadangan batubara emiten yang berdiri tahun 1994 ini mencapai 889 juta ton. Untuk menggenjot produksi, perusahaan yang dulu bernama PT Padang Kurnia ini terus meningkatkan produksi di tambang Tutupan dan Tambang Wara yang berada di Kalimantan Selatan.
Andre menyebut, ADRO masih mengantongi kontrak dari sejumlah perusahaan, antara lain PT PLN. Setiap tahunnya, perusahaan batubara terbesar kedua di Indonesia ini memasok 11 juta ton batubara ke PLN. "Kami merupakan pemasok terbanyak ke PLN," ungkap Andre.
Selain itu, ADRO sedang mengikuti dua tender proyek pembangkit listrik di Pemalang dan Kalimantan Selatan berkapasitas 2x100 MW.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News