Reporter: Raka Mahesa Wardhana | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Akasha Wira International Tbk (ADES) mulai menggenjot lini bisnis kosmetik. Perusahaan ini memproyeksikan lini usaha komestik akan memberikan kontribusi sebesar 60% dari total pendapatan mulai 2012 nanti.
Agoes Wangsapoetra, Direktur Utama ADES, menjelaskan, proyeksi itu disusun dengan asumsi tidak ada produk kosmetik baru yang dirilis emiten tersebut. "Penjualan kosmetik memiliki potensi yang besar dan sudah terlihat hasilnya," kata Agoes di Jakarta, Kamis (30/6).
Tahun ini saja ADES memprediksi penjualan kosmetik akan memberi kontribusi hingga 50% terhadap pendapatan perseroan. Kontribusi ini naik dari porsi tahun lalu yang sebesar 32,43% dari total pendapatan perseroan. Sekadar untuk gambaran, pada kuartal pertama 2011 saja penjualan kosmetik telah berkontribusi sebesar 40% dari total pendapatan perseroan.
ADES sendiri baru mulai menekuni bisnis kosmetik sejak akhir 2010. Tahun lalu, perusahaan yang tenar sebagai produsen air minum dalam kemasan (AMDK) ini mengakuisisi produsen kosmetik PT Damai Sejahtera Mulia (DMS) senilai US$ 5 juta, atau kalau dirupiahkan sekitar Rp 45 miliar.
Bisnis kosmetik ini diharapkan bisa mendorong kinerja perseroan tahun ini. Apalagi, Agoes menuturkan, margin penjualan kosmetik lebih besar ketimbang penjualan AMDK. Namun, ia tidak bersedia memerinci seberapa besar margin penjualan kosmetik.
Tahun lalu bisnis AMDK masih memberi kontribusi pendapatan terbesar. Penjualan air minum kemasan mencapai Rp 147,79 miliar. Total pendapatan ADES di 2010 sendiri Rp 218,75 miliar.
Wajar kalau ADES menggenjot bisnis kosmetik. Pasalnya PT Coca-Cola Indonesia telah menghentikan perjanjian lisensi produksi Ades per Juni lalu. Sekadar mengingatkan, Coca-Cola membeli merek Ades dari Akasha di 2000 silam. Waktu itu Akasha masih bernama PT Ades Alfindo Tbk.
Proyeksi ADES
Meski berniat memaksimalkan bisnis kosmetik, ADES belum akan memproduksi kosmetik merek sendiri tahun ini. ADES akan memproduksi kosmetik pesanan perusahaan lain. "Kami hanya memproduksi produk pesanan Makarizo," terang Agoes.
Toh, ADES tidak menutup kemungkinan akan mengeluarkan produk kosmetik sendiri di masa datang. Apalagi, mesin produksi kosmetik yang ada saat ini sudah memadai untuk memproduksi berbagai jenis produk kosmetik.
Sayang, Agoes menolak memberikan target waktu kapan perseroan akan mulai memproduksi kosmetik merek sendiri. “Saat ini kami masih belajar, masih perlu waktu penjajakan untuk memutuskan membuat produk apa,” kata dia beralasan.
Tahun ini manajemen ADES menargetkan pendapatan bisa mencapai Rp 300 miliar–Rp 360 miliar, naik 37,14%-64,57% dari tahun sebelumnya. Peningkatan tersebut akan ditopang oleh penjualan kosmetik dan pertumbuhan penjualan air minum dalam kemasan.
ADES juga menyiapkan belanja modal Rp 30 miliar tahun ini. Dana tersebut akan digunakan untuk perbaikan mesin-mesin produksi air minum kemasan.
Sepanjang tiga bulan pertama 2011 lalu, penjualan ADES telah mencapai Rp 67,62 miliar. Angka ini naik 90,16% dari periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp 35,56 miliar.
Namun, manajemen ADES menolak membeberkan target laba bersih tahun ini. Asal tahu saja, tahun lalu ADES membukukan laba bersih sebesar Rp 31,66 miliar.
Ni Putu Kurnia Sari, analis Syailendra Capital, menilai bisnis kosmetik ADES sebetulnya cukup aman. Pasalnya, ADES hanya mengerjakan pesanan produksi dari pemilik merek.
Tapi jika ADES mulai membuat produk sendiri, maka ADES harus siap bertarung dengan merek kosmetik yang sudah ada. Pasalnya, tidak mudah menembus pasar kosmetik. "Pemakai kosmetik umumnya loyal pada produk yang dipakainya," kata Putu. Belum lagi untuk membuat jaringan penjualan kosmetik membutuhkan waktu.
Menurut Putu, diversifikasi bisnis ADES terlalu jauh dari bisnis inti perseroan selama ini. Hal ini membuat ADES akan butuh waktu waktu dan biaya untuk pengembangan usaha baru ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News