Sumber: KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Adaro Energy Tbk (ADRO) menyiapkan dana US$ 100 juta untuk program pembelian kembali (buy back) saham. Dana itu berasal dari US$ 50 juta utang dan US$ 50 juta duit sendiri.
Semula, perusahaan ini berniat menyiapkan dana senilai US$ 250 juta. "Namun manajemen melihat optimum di angka US$ 100 juta," tutur Direktur Adaro Energy Andre Johannes Maumaya, Rabu (15/10).
Belum jelas total jumlah saham yang menjadi target buy back Adaro. Hanya, dalam hajatan buy back nanti, Adaro akan membeli 2% saham yang saat ini dimiliki investor institusi asing.
Saat ini, manajemen Adaro masih bernegosiasi soal harga jual dengan investor institusi asing tersebut. Sebagai ancar-ancar, Adaro menyiapkan dana US$ 40 juta - US$ 50 juta guna menutup transaksi ini. "Investor asing bukan yang membeli saham Adaro lewat IPO. Sumber dananya dari pinjaman kreditur asing," ujar Andre.
Sejauh ini keduanya belum mencapai titik temu. "Kami menetapkan harga sama dengan harga pembelian di pasar, tapi mereka belum setuju," ujarnya.
Selain itu, perusahaan tambang batubara terbesar kedua di Indonesia ini juga akan melakukan buy back lewat pasar. Adaro akan menyediakan duit US$ 50 juta. "Sumber dananya dari kas perusahaan," tambah Andre.
Sekadar catatan, per 29 September 2008 lalu, ada dua institusi asing yang memiliki saham Adaro di luar pemegang sahan pengendali. Mereka adalah UBS AG Singapore yang memiliki 5,7% saham Adaro, serta Citibank Hong Kong yang memiliki 14,9% saham Adaro. Dari dua institusi asing tersebut, belum ketahuan siapa yang akan menjual kepemilikannya.
Adapun satu investor institusi asing lain yang semula berniat menjual saham Adaro, kini mengurungkan niat. "Mereka mengambil posisi itu setelah melihat harga saham pertambangan mulai naik," ujarnya.
Sebelumnya, kedua investor kakap ini berniat menjual kepemilikannya kepada Adaro. Alasannya, saham Adaro terpuruk hebat. Maklum, saham ADRO sempat rontok ke posisi Rp 730 per saham pada perdagangan 13 Oktober 2008. Artinya, semenjak 25 September 2008, harga saham ADRO melorot 51%. Otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI) pun menghentikan sementara (suspend) perdagangan saham Adaro, sejak 13 Oktober 2008.
Hingga kemarin (15/10), BEI belum mencabut suspend ADRO. Manajemen Adaro telah bertemu dengan BEI guna menjelaskan rencana buy back tersebut. "Kami masih mempelajari penjelasan Adaro, sehingga BEI belum akan membuka suspend Adaro," kata Direktur Perdagangan BEI MS Sembiring.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News