Reporter: Amailia Putri Hasniawati | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. PT Adaro Energy Tbk (ADRO) tengah mengikuti tender proyek pembangkit listrik berkapasitas 3x600 megawatt (MW) di Sumatera Selatan (Sumsel). Nilai proyek itu sekitar US$ 3 miliar hingga US$ 4 miliar.
Menurut Garibaldi Thohir, Direktur Utama ADRO, banyak investor asing yang tertarik bermitra dengan ADRO untuk mengerjakan proyek tersebut. "Kami akan membentuk konsorsium," ungkap Garibaldi, kepada KONTAN, pekan lalu.
Namun, kata Garibaldi, ADRO belum memutuskan siapa investor yang akan bergabung. Jika lolos tender, ini merupakan proyek terbesar kedua Adaro setelah proyek pembangkit listrik tenaga tenaga uap (PLTU) 2x1.000 MW di Jawa Tengah (Jateng). Nilai proyek ini juga US$ 3 miliar- US$ 4 miliar.
Menurut pria yang akrab dipanggil Boy Thohir ini, proyek PLTU Jateng itu akan mulai berjalan Oktober 2013. Sedangkan masa beroperasi diproyeksi pada 2017. Salah satu penghambat proyek ini adalah pembebasan lahan.
Dalam proyek ini, Adaro membentuk konsorsium dengan investor asal Jepang yaitu JPower dan Itochu. Porsi Adaro dan JPower pada proyek itu masing-masing 34%. Sisanya dipegang Itochu. Proyek ini telah mendapat sokongan dana dari raksasa keuangan Jepang, diantaranya Japan Bank for International Cooperation (JBIC).
Selain di Jateng, ADRO juga segera mengerjakan proyek PLTU berkapasitas 2x100 MW di Kalimantan Selatan (Kalsel). "Jika head of agreement, negosiasi dengan PLN lancar, proyek Kalsel bisa mulai dikerjakan tahun ini," kata Boy. Nilai proyek ini US$ 350 juta-US$ 400 juta.
Proyek PLTU ini menguntungkan ADRO. Sebab, Adaro akan menyuplai batubara ke PLTU itu. Kemarin, harga saham ADRO turun 1,95% menjadi Rp 1.510 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News