kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45909,31   7,91   0.88%
  • EMAS1.354.000 1,65%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ada tawaran sukuk ritel SR013, bandingkan dengan prospek kinerja instrumen lainnya


Sabtu, 29 Agustus 2020 / 09:25 WIB
Ada tawaran sukuk ritel SR013, bandingkan dengan prospek kinerja instrumen lainnya


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah kembali menawarkan Surat Berharga Negara Ritel (SBN) ritel berjenis sukuk ritel dengan seri SR013, Jumat (28/8). Dengan tawaran kupon 6,05% per tahun pemerintah optimistis penjualan SR013 akan ramai melebihi target awalnya di Rp 5 triliun.

Sementara itu, prospek pertumbuhan imbal hasil instrumen investasi lainnya juga tidak kalah menarik dari tawaran kupon SR013 yang lebih premium dari suku bunga deposito.

Direktur Panin Asset Management Rudiyanto memproyeksikan indeks harga saham gabungan (IHSG) mampu tumbuh ke level 5.500 hingga 6.000 di akhir tahun ini. 

Baca Juga: Sukuk ritel seri SR013 resmi dipasarkan, masa penawaran dibuka hingga 23 September

Kompak, Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana juga memproyeksikan IHSG akhir tahun ini berpotensi tumbuh ke level 5.500. Sementara, IHSG di semester I-2021 berpotensi berada di sekitar 6.000.

Rudiyanto mengatakan sentimen positif yang mendukung pertumbuhan IHSG adalah stimulus pemerintah serta aktivitas ekonomi yang mulai dibuka secara bertahap.

Wawan menambahkan IHSG berpotensi naik bila vaksin telah ditemukan, suku bunga acuan tetap rendah dan laporan keuangan emiten mulai naik.

"Secara historis IHSG yang jatuh dalam akan kembali ke titik awal selama dua tahun, oleh karena itu level 6.000 di tahun depan wajar untuk IHSG," kata Wawan.

Untuk pasar obligasi, Rudiyanto juga memproyeksikan ke depan masih akan tumbuh. Dari awal tahun yield Surat Utang Negara (SUN) tenor acuan 10 tahun berada di 8%, saat ini berkisar di 6,7%. 

Rudiyanto memproyeksikan yield berpotensi turun ke 6,25% di akhir tahun, sehingga potensi kenaikan harga SUN masih ada. Sementara itu, Rudiyanto memproyeksikan imbal hasil reksadana pendapatan tetap berpotensi tumbuh 8%-10% di sepanjang tahun ini.

Perencana keuangan dari Finansia Consulting Eko Endarto menambahkan pasar obligasi berpotensi tumbuh kinerjanya karena tersokong penurunan suku bunga. 

"Saat kondisi ekonomi mendekati resesi suku bunga kemungkinan besar akan turun agar ekonomi kembali tumbuh, dengan begitu yield obligasi berpotensi menurun tetapi harga obligasi naik," kata Eko.

Namun, Rudiyanto memproyeksikan imbal hasil deposito dan reksadana pasar uang akan menurun di sekitar 4,5%-5,5% karena dampak penurunan suku bunga.

Harga emas juga diproyeksikan menurun. Eko mengatakan sejatinya kondisi ekonomi saat ini masih belum pasti dan emas masih dijadikan sebagai aset safe haven sehingga harga emas saat ini menjulang. 

Namun, ke depan siklus kenaikan emas akan terhenti bila ekonomi mulai membaik.

Baca Juga: Resmi dibuka, pemerintah patok target awal penjualan sukuk ritel SR013 Rp 5 triliun

Jumat (28/8) harga emas Antam berada di Rp 1.012.000 per gram, Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim memproyeksikan harga emas Antam di akhir tahun berpotensi menurun ke Rp 850.000 per gram. 

Sementara, untuk di semester I-2021 berpotensi kembali naik ke Rp 950.000 per gram. Menurut Ibrahim, di tahun depan harga emas berpotensi naik karena perekonomian dunai masih dalam proses pemulihan dan stimulus bank sentral masih membanjiri pasar.

Dengan proyeksi pertumbuhan beberapa instrumen investasi ini, Wawan masih menjagokan investasi berbasis obligasi. Alasannya, kondisi saat ini masih belum pasti dan lebih baik pilih instrumen dengan risko rendah.

Baik investor agresif hingga moderat Wawan menyarankan sebesar 50% alokasi investasi ditaruh pada obligasi.  Sisanya 30% alokasi pada saham dan 20% di pasar uang bisa dipilih investor agresif. Sedangkan untuk investor moderat 30% alokasi pada pasar uang dan 20% pada saham.

Untuk investor yang mengejar imbal hasil, Eko menyarankan bisa memilih saham. Dengan syarat investor tetap alokasikan dana di instrumen yang likuid dan alokasi di saham hanya 50%. 
Sementara, bagi investor yang ingin menjear imbal hasil diantara reksadana pendapatan tetap dan SR013, Eko lebih memilih reksadana pendapatan tetap, karena instrumen ini berpotensi memberi imbal hasil lebih dari 6,05%.

"SR013 cocok bagi investor yang ingin pindah dari deposito karena imbal SR013 jelas lebih tinggi dari deposito," kata Eko. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×