Reporter: Kenia Intan | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi Covid-19 berdampak pada krisis pasokan bahan baku global. Disrupsi pasokan berpotensi semakin besar dengan adanya konflik geopolitik antara Ukraina dan Rusia.
Melihat kondisi tersebut, perusahaan farmasi PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) akan memastikan ketersediaan produk untuk masyarakat tetap aman. Kalbe telah meningkatkan persediaan bahan baku (raw material) maupun kemasan (packaging material) hingga mencapai empat bulan untuk mengantisipasi krisis rantai pasok dunia.
"Dengan timbulnya krisis geopolitik Ukraina, Kalbe akan terus memonitor kondisi pasar dan trend harga bahan baku dan kemasan untuk mengantisipasi gejolak pasokan agar dapat menjamin ketersediaan produk di masyarakat," kata Direktur Kalbe Farma Bernadus Karmin Winata dalam keterbukaan informasi.
Baca Juga: Potensi Disrupsi Bahan Baku Global, Kalbe (KLBF) Menargetkan Margin Laba Usaha 15,5%
Sejak pandemi, KLBF telah meningkatkan persediaan bahan baku demi menjamin ketersediaan produk. Apabila terjadi kenaikan harga bahan baku yang signifikan dibandingkan dengan ekspektasi, maka Kalbe akan mempertimbangkan kenaikan harga produk secara bijak dan selektif namun tidak memberatkan konsumen.
Menurut Bernadus, melalui kombinasi strategi product mix, efisiensi biaya operasional, serta kenaikan harga, perusahaan tetap mentargetkan operating profit margin yang stabil di kisaran 14,5%-15,5% untuk tahun 2022.
Tidak jauh berbeda, PT SOHO Global Health Tbk (SOHO) juga merasakan adanya gangguan pasokan bahan baku semenjak pandemi. Dampak yang signifikan terasa di tahun 2020, saat pandemi Covid-19 awal merebak di Indonesia.
Direktur sekaligus Sekretaris SOHO Global Health Yuliana Tjhai mengungkapkan, pada saat itu produk impor dari negara-negara seperti China, Jerman, dan India menjadi sulit untuk diamankan. Kondisi itu terjadi saat SOHO mengalami lonjakan permintaan untuk beberapa merek seperti Imboost.
Baca Juga: Bingung Apakah Vaksinasi Booster Covid-19 Wajib Dilakukan? Ini Jawaban Kemenkes
"Tahun 2020 adalah pengalaman pembelajaran yang penting bagi kami dan kami menambahkan berbagai pemasok alternatif selama krisis itu untuk sebagian besar bahan baku utama kami," ungkap dia kepada Kontan.co.id, Kamis (10/3). Di sisi lain, SOHO meningkatkan ketahanan jaringan pasokan secara keseluruhan.
Adapun di semester kedua tahun lalu, SOHO juga merasakan inflasi yang tinggi pada sejumlah barang kemasan seperti kertas, aluminium, kaca dan plastik. Terkait bahan baku, kenaikan harga juga terjadi pada bahan baku tertentu seperti Vitamin C.
Melihat kondisi tersebut, SOHO secara selektif mengambil langkah kenaikan harga untuk beberapa SKU. Khususnya, yang terpengaruh langsung dengan kenaikan harga itu.
"Kami tetap memastikan harga produk kami tetap kompetitif di pasar dan terjangkau untuk semua pelanggan kami," imbuh dia. Adapun SOHO akan tetap waspada terhadap input price dan akan membuat penyesuaian harga lebih lanjut di masa mendatang, apabila benar-benar dibutuhkan.
Baca Juga: Soho Global (SOHO) membagikan dividen interim 2021 total Rp 250 miliar
SOHO berekspektasi, konflik geopolitik antara Ukraina dan Rusia tidak akan menimbulkan kelangkaan pasokan seperti yang telah dialami sebelumnya. Kendati begitu, pihaknya tetap akan berkoordinasi dengan pemasoknya dan terus mengawasi rencana pengiriman. Dengan demikian, emiten yang melantai di bursa sejak September 2020 itu tetap dapat mempertahankan tingkat stok, baik untuk bahan baku maupun barang jadi, di level normal.
Sekadar informasi, SOHO rata-rata memasok bahan baku untuk 90 hari dan bahan kemasan untuk 60 hari. Adapun untuk bahan kemasan, sebagian besar sudah diproduksi secara lokal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News