Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah diprediksi bakal bergerak terbatas dengan potensi melemah pada perdagangan Selasa (5/11). Pengumuman data pertumbuhan ekonomi kuartal III-2019 pada hari ini menjadi sentimen utama yang membayangi pergerakan rupiah. Asal tahu saja, menurut prediksi berbagai ekonom, pertumbuhan ekonomi kuartal III-2019 lebih redah dari ekspektasi.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, pergerakan rupiah pada Selasa (5/11), akan dipengaruhi data pertumbuhan ekonomi Indonesia. Josua memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal ketiga lebih rendah dari ekspektasi. Alhasil, penguatan rupiah besok cenderung terbatas dan berpotensi melemah. Tapi, jika pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih tinggi dari ekspektasi, maka rupiah akan melanjutkan penguatan.
Sementara, Analis Valbury Asia Futures Lukman Leong memproyeksikan data pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III 2019 akan sama seperti ekspektasi, atau di kisaran 5%. Meski diproyeksikan data pertumbuhan ekonomi sesuai dengan ekspektasi, Lukman pesimistis rupiah akan melanjutkan penguatan.
Baca Juga: Rupiah hari ini melemah 0,01% di level Rp 14.240 per dolar AS
"Rupiah Selasa (5/11) akan melemah karena masih mengantisipasi data beberapa hari berikutnya, yaitu currenct account deficit yang diperkirakan cenderung naik defisitnya," kata Lukman.
Lukman memproyeksikan rupiah pada Selasa (5/11) akan tertekan di rentang Rp 14.030 per dolar AS hingga Rp 14.070 per dolar AS. Josua memproyeksikan, rupiah hari ini akan ada di rentang Rp 13.990 per dolar AS hingga Rp 14.075 per dolar AS.
Asal tahu saja, data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang relatif negatif di pekan lalu mengangkat nilai tukar rupiah di awal pekan ini. Mengutip Bloomberg di pasar spot, rupiah menguat 0,18% ke Rp 14.014 per dolar AS pada Senin (4/11). Kompak, kurs tengah Bank Indonesia menunjukkan penguatan rupiah 0,45% Rp 14.002 per dolar AS dari sebelumnya Rp 14.066 per dolar AS.
Josua mengatakan, rupiah di awal pekan menguat karena dolar AS tertekan data pengangguran, rata-rata pendapatan per jam dan manufaktur yang menurun. Data tersebut menghalangi sentimen positif dari data non farm employment change yang tumbuh. "Data ekonomi AS relatif negatif membuat ekspektasi The Fed bisa memangkas suku bunga lagi," kata Josua, Senin (4/11).
Selain itu, harapan pelaku pasar yang cenderung positif pada negosiasi AS dan China belakangan ini jadi mengurangi permintaan safe haven dan dolar AS.
Baca Juga: Rupiah menguat ke Rp 14.014 per dolar AS di tengah penurunan yield SUN
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News