kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45909,31   7,91   0.88%
  • EMAS1.354.000 1,65%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ada kebijakan work from home, begini efeknya ke sektor telekomunikasi


Minggu, 29 Maret 2020 / 12:21 WIB
Ada kebijakan work from home, begini efeknya ke sektor telekomunikasi
ILUSTRASI. Teknisi XL Axiata melakukan perawatan pada salah satu perangkat BTS di daerah Rasuna Said, Kuningan.


Reporter: Arvin Nugroho | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meningkatnya jumlah korban terinfeksi akibat virus corona di Indonesia membuat Presiden Republik Indonesia Joko Widodo mengeluarkan imbauan untuk Work From Home alias bekerja dari rumah pada Minggu (15/3). Imbauan itu memiliki sentimen yang menguntungkan bagi emiten sektor telekomunikasi.

Bagaimana tidak, aktivitas masyarakat yang biasanya mengharuskan pertemuan tatap muka mendadak harus beralih menjadi pertemuan virtual.

Kepala Riset Yuanta Sekuritas Chandra Pasaribu mengatakan prospek emiten sektor telekomunikasi tahun ini terbilang cukup positif. Pasalnya, imbauan bekerja dari rumah justru menguntungkan emiten sektor telekomunikasi. Sehingga dari sisi pendapatan juga akan berpeluang meningkat.

Baca Juga: Work from home jadi sentimen positif saham telekomunikasi, simak rekomendasi analis

Senada, Analis NH Korindo Sekuritas Restu Pamungkas mengatakan kebijakan untuk bekerja dari rumah maupun belajar dari rumah menjadi kesempatan emiten sektor telekomunikasi untuk meningkatkan pendapatan secara data. Potensi jumlah data untuk meningkat menjadi lebih karena aktivitas bekerja dan belajar telah menggunakan sistem online.

Berdasar situs resminya, lonjakan trafik komunikasi payload layanan berbasis data dan digital Telkomsel tercatat sebesar 5% sejak berlakunya imbauan tersebut. Sistem belajar berbasis online menjadi penyumbang terbesar dengan kenaikan 236%.

Hal yang sama juga terjadi pada XL Axiata yang mengalami lonjakan data sebesar 10%. Angka itu ditunjang oleh tingginya akses terhadap aplikasi penunjang kerja sebesar 48%.

“Itu menjadi kesempatan baru untuk emiten sektor telekomunikasi,” kata Restu.

Di samping itu, Restu memprediksi prospek emiten sektor telekomunikasi tahun ini akan terus bertumbuh. Apalagi, emiten operator seluler sedang meningkatkan layanan dengan melakukan fiberisasi dari jaringan yang telah dimiliki. Kemudian koneksi antar menara telekomunikasi (BTS) dapat menggunakan fiber optik.

Kabarnya, fiberisasi beberapa emiten operator akan dilakukan dengan cara menyewa dari operator penyelenggara jaringan guna mempercepat koneksi jaringan fiber optik.

Dengan adanya rencana tersebut akan membuat pelanggan lebih nyaman untuk berselancar di dunia maya karena bebas hambatan, bebas buffering, dan lag. Restu bilang, kontribusi sektor informasi dan komunikasi tercatat selalu mengalami kenaikan sebesar 19,04% secara year on year serta memiliki rata-rata 3,7% dalam lima tahun ke belakang.

Chandra melihat prospek emiten sektor telekomunikasi tahun ini akan relatif positif. Terlihat dari operation cashflow yang tidak banyak mengalami gangguan. Sehingga, capex yang sudah emiten telekomunikasi anggarkan tidak banyak mendapat hambatan.

Kendati begitu, Chandra memprediksi capex emiten telekomunikasi sedikit tertunda akibat impor sejumlah peralatan komunikasi dari China yang sempat terhenti. Itu akan sedikit berpengaruh meski tidak terlalu signifikan. Mengingat, kondisi China yang sudah berangsur membaik.

“Kemungkinan sedikit tertunda, tapi tidak sampai berdampak signifikan terhadap sisi fundamental sektor telekomunikasi,” kata Chandra.

Analis Indo Premier Sekuritas Hans Tantio dalam risetnya pada 10 Februari 2020 mencatat XL menganggarkan belanja modal Rp 9,1 triliun untuk tahun 2019. Dalam capexnya, XL berusaha untuk memperluas cakupan dan meningkatkan kapasitas sebesar 40,264 4G BTS pada akhir 2019.

Di tempat lain, Analis Oso Sekuritas Sukarno Alatas mengatakan perkembangan Omnibus Law akan memiliki pengaruh yang positif terhadap sektor telekomunikasi. Sebab, seandainya Omnibus Law berlaku akan menghasilkan efisiensi cost. 

Sepakat dengan Sukarno, Restu bilang permasalahan regulasi yang dihadapi oleh sektor telekomunikasi saat ini dapat membantu pertumbuhan kinerja emiten telekomunikasi.

Berkaca dari kondisi itu, Restu mengatakan saham emiten TLKM dan EXCL adalah dua saham yang dapat dapat dikoleksi oleh investor saat ini. Pasalnya, kondisi fundamental yang dimiliki oleh TLKM cukup menjanjikan. 

Untuk TLKM, kinerja penjualan pada kuartal III-2019 tercatat naik sebesar 3,5% yoy. Kenaikan TLKM ditopang oleh naiknya pendapatan dari interkoneksi 25,6% dan dari segmen data internet 12,8%.

Baca Juga: Trafik data meningkat, begini prospek emiten telekomunikasi

Tak hanya itu, TLKM saat ini telah memiliki 209,190 BTS dan menjadi yang pertama di antara pesaingnya. Sedang EXCL berada di urutan setelahnya dengan mencatatkan 95,190 BTS.

Analis Richardson Raymond dalam risetnya pada 4 Maret 2020, mencatat pendapatan Indosat pada 2019 sebesar Rp 26,1 triliun atau meningkat 12,9% secara yoy. Kenaikan yang signifikan itu terangkat seiring pendapatan data Indosat yang berhasil meningkat sebesar 22,8% yoy.

Chandra melihat TLKM, EXCL, dan ISAT masih akan tetap menjadi pilihan investor menanamkan sahamnya. Sedang, Sukarno merekomendasikan investor untuk wait and see untuk saham emiten FREN. Meski, kinerja rugi FREN telah berkurang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×