Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kasus Proyek Hambalang kembali menjadi sorotan usai adanya gugatan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) proyek tersebut kepada PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI).
ADHI pun memberikan tanggapan soal kasus gugatan proyek Hambalang senilai kurang lebih Rp 91 miliar itu.
Asal tahu saja, gugatan PKPU itu merupakan permohonan dari Machfud Suroso sebagai pemohon I dan PT Dutasari Citralaras sebagai pemohon II. PT Dutasari Citralaras adalah subkontraktor dari KSO ADHI-WIKA.
Nilai gugatan pemohon PKPU I sebesar Rp 25 miliar dan Pemohon PKPU II sebesar Rp 66,66 miliar.
Baca Juga: Dapat Gugatan Proyek Hambalang Rp 91 Miliar, Ini Langkah ADHI Selanjutnya
Sekretaris Perusahaan ADHI Rozi Sparta mengatakan, perseroan tidak mengetahui pertimbangan dari pemohon yang hanya memohonkan ADHI sebagai termohon PKPU.
“Saat ini, ADHI telah membuat surat kuasa kepada Jamdatun dan Konsultan Hukum untuk pendampingan dalam pelaksanaan permohonan PKPU ADHI,” ujarnya kepada Kontan, Kamis (26/9).
Rozi memastikan, gugatan PKPU yang dimohonkan kepada ADHI ini tidak berdampak terhadap kinerja keuangan Adhi Karya.
“Terhadap adanya permohonan gugatan ini, Adhi Karya menyampaikan bahwa tidak terdapat dampak terhadap kinerja keuangan dan kegiatan operasional perusahaan,” ungkap dia.
Baca Juga: Bobot Saham Emiten Besar Lebih Ringan
Total gugatan sebesar kurang lebih Rp 91 miliar itu setara dengan 0,98% dari nilai ekuitas ADHI per 31 Juni 2024 yang sebesar Rp 9,2 triliun.
Sedangkan, jika dibandingkan dengan kas dan setara kas perseroan, nilai gugatan tersebut setara dengan 3,41% dari nilai kas dan setara kas perseroan per 31 Juni 2024.
Rozi menjelaskan, ADHI membentuk kerja sama operasi dengan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) dengan nama KSO ADHI-WIKA pada proyek Pusat Pendidikan dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) Hambalang. Persentasenya adalah ADHI 70% dan WIKA 30%.
“Entitas KSO ADHI-WIKA merupakan entitas terpisah dari ADHI maupun WIKA, sehingga tidak bertanggung jawab secara materi dan tidak berdiri sebagai penjamin dalam permasalahan antara PT DCL dan KSO ADHI-WIKA,” paparnya.
Sampai tanggal 24 September 2024, ADHI mengakui belum menerima relaas panggilan resmi dari PN Jakarta Pusat.
Baca Juga: Digugat PKPU Soal Proyek Hambalang, ADHI Bantah Bertanggung Jawab
Head of Research Kiwoom Sekuritas Sukarno Alatas melihat, gugatan PKPU terhadap ADHI dalam konteks proyek Hambalang memang menimbulkan sejumlah pertanyaan. Ini mengingat kasus ini sudah cukup lama dan sejumlah pihak telah mendapatkan vonis.
Jika gugatan tersebut berlanjut, maka bisa berdampak negatif terhadap kinerja ADHI dan WIKA, sebab akan menimbulkan kerugian finansial, biaya hukum, dan reputasi. Begitu juga dengan harga saham, kemungkinan akan direspons negatif kembali.
Langkah yang harus dilakukan keduanya yaitu transparansi dalam memberikan informasi yang lengkap dan transparan kepada publik.
“Lalu, mereka bisa mengambil langkah-langkah hukum yang diperlukan untuk kepentingan perusahaan. Selanjutnya, mereka bisa kembali fokus pada kinerja operasional,” kata Sukarno kepada Kontan.co.id, Kamis (26/9).
Di kuartal III, kinerja ADHI dan WIKA memiliki peluang untuk membaik. Tapi jika dilihat dari kuartal sebelumnya, WIKA masih kesulitan untuk bisa kembali mencetak laba jika pengakuan laba atas perhitungan restrukturisasi utang mereka dihilangkan.
“Sentimen restrukturisasi utang di tengah penurunan suku bunga bisa menjadi sentimen nantinya,” papar Sukarno.
Baca Juga: Waskita Karya Dorong Keberlanjutan Bisnis Melalui Penilaian BPKP
Terkait harga saham, pergerakan harga WIKA dan ADHI cenderung sideways dan terkoreksi. Ini terjadi setelah penguatan harga saham keduanya yang tercatat cukup signifikan. Investor pun direkomendasikan untuk wait and see terlebih dulu untuk saham WIKA dan ADHI.
Terkait target harga saham, Sukarno membaginya ke dalam dua skenario, skenario bearish dan bullish.
Untuk WIKA, pada skenario bearish, jika sahamnya breakdown di level Rp 380 per saham, maka bisa harganya turun ke support selanjutnya di level Rp 350 per saham dan Rp 316 per saham. Sedangkan, pada skenario bullish, jika sahamnya breakout ke level Rp 406 saham, harga bisa lanjut menuju ke resistance Rp 444 per saham & Rp 460 per saham.
Sementara, untuk ADHI, pada skenario bearish, jika sahamnya breakdown ke level Rp 272 per saham, maka harga bisa turun ke support selanjutnya di level Rp 256 per saham dan Rp 246 per saham. Sedangkan, pada skenario bullish, jika saham breakout ke Rp 288 per saham, maka harganya bisa lanjut ke resistance di Rp 304 per saham dan Rp 320 per saham.
Baca Juga: Adhi Karya (ADHI) Klarifikasi Soal Kasus Proyek Hambalang yang Digugat Rp 91 Miliar
Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta mengatakan, gugatan atas Proyek Hambalang harus dihadapi dan diselesaikan oleh ADHI dan WIKA.
“Klarifikasi dari emiten itu merupakan hak mereka, apalagi saling membela diri merupakan suatu hal yang wajar untuk dilakukan di mata hukum,” kata Nafan kepada Kontan.co.id, Kamis (26/9).
Namun, masalah ini diharapkan bisa segera menemui titik terang demi memberikan perlindungan terhadap para investor. Sebab, investor bisa memiliki kekhawatiran jikalau kasus tersebut bisa mempengaruhi kinerja perseroan dan mengganggu raihan kontrak baru.
Kinerja ADHI dan WIKA di semester I 2024 masih tercatat baik. ADHI mengantongi pendapatan sebesar Rp 5,7 trliun di semester I 2024, turun 10,62% secara tahunan alias year on year (YoY). Sementara laba ADHI tercatat Rp 13,8 miliar, naik 11% yoy.
Baca Juga: Kelangsungan Proyek IKN Nusantara Mulai Diragukan
Sementara, WIKA mencatatkan penurunan pendapatan sebesar 18,58% YoY ke Rp 7,53 triliun di akhir Juni 2024. Sementara, WIKA berhasil membalikkan rugi Rp 1,88 triliun di semester I 2023 menjadi laba Rp 401,95 miliar di semester I 2024.
“Kinerja baik tersebut bisa berlanjut di sisa tahun 2024 ini. Cost of good sold (COGS) WIKA masih bisa ditekan, mengingat operating expenses (opex) mereka sudah membaik di semester I. Sementara, ADHI masih mencatatkan opex negatif, tetapi COGS cukup baik,” ungkapnya.
Meskipun begitu, Nafan menggarisbawahi terkait debt to equity ratio (DER) WIKA dan ADHI yang masih tinggi, yaitu masing-masing di 420,5% dan 312,23%. Untuk WIKA, diharapkan restrukturisasi utang bisa terus diupayakan untuk segera selesai.
“Intinya, dengan fokus dalam penekanan beban, kinerja mereka di kuartal-kuartal mendatang bisa lebih impresif,” tuturnya.
Nafan pun merekomendasikan accumulative buy untuk ADHI dan WIKA dengan target harga terdekat masing-masing Rp 302 per saham dan Rp 416 per saham.
Baca Juga: Dimohonkan PKPU di PN Jakarta Pusat, Begini Langkah Adhi Karya (ADHI)
Equity Analyst Kanaka Hita Solvera William Wibowo melihat, secara umum pergerakan saham ADHI dan WIKA masih berada di fase koreksi dan cenderung bergerak secara sideways.
Pergerakan saham ADHI berada di level support Rp 262 per saham dan resistance Rp 300 per saham. Sementara, pergerakan saham WIKA berada di level support Rp 350 per saham dan resistance Rp 410 per saham.
William pun merekomendasikan speculative buy untuk ADHI dan WIKA dengan target harga akhir tahun masing-masing Rp 550 per saham dan Rp 600 per saham.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana melihat, pergerakan saham ADHI ada di level support Rp 272 per saham dan resistance Rp 294 per saham. Sementara, pergerakan saham WIKA dilihat ada di level support Rp 350 per saham dan Rp 406 per saham.
Herditya pun merekomendasikan speculative buy untuk ADHI dan WIKA dengan target harga masing-masing Rp 308-Rp 328 per saham untuk ADHI dan Rp 440-Rp 468 per saham untuk WIKA.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News