kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ada cukai minuman berpemanis, indeks sektor barang konsumen masih mampu bertahan


Kamis, 20 Februari 2020 / 19:17 WIB
Ada cukai minuman berpemanis, indeks sektor barang konsumen masih mampu bertahan
ILUSTRASI. Pedagang merapikan produk jus kemasan yang dijualnya di agen grosir di Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (9/7). Penurunan indeks sektor konsumen ini termasuk kecil jika dibandingkan dengan indeks sektoral lain.


Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks saham barang konsumen masih terkoreksi 5,61% sejak awal tahun 2020. Penurunan indeks barang konsumen ini sejalan dengan penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sebesar 5,67%.

Penurunan indeks sektor konsumen ini termasuk kecil jika dibandingkan dengan indeks sektoral lain. Bahkan, indeks konsumen ini mencatat kinerja terbaik kedua. Indeks sektoral dengan penurunan paling kecil adalah sektor keuangan sebesar 0,40%.

Analis Panin Sekuritas William Hartanto mengatakan, melemahnya indeks ini lantaran saham-saham rokok seperti PT Gudang Garam Tbk (GGRM) dan PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) mengalami penurunan.

William menambahkan, sebenarnya banyak saham-saham consumer goods yang mengalami kenaikan seperti PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO), PT Buyung Poetra Sembada Tbk (HOKI), PT Estika Tata Tiara Tbk (BEEF), dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) yang kembali menghijau.

Baca Juga: Sri Mulyani: Cukai minuman berpemanis bisa kurangi beban BPJS Kesehatan

Lebih lanjut dia menilai, prospek saham-saham consumer goods masih terbilang bagus. “Hanya saja, ada noise dari rencana kenaikan cukai minuman kemasan untuk beberapa emiten,” kata William pada Kontan.co.id, Kamis (20/2).

Sebagai informasi, Kementerian Keuangan akan menerapkan pengenaan cukai pada minuman berpemanis sejalan dengan makin tingginya prevalensi penyakit diabetes melitus dan proporsi obesitas pada orang dewasa di Indonesia.

Mengenai hal ini, William menyebut aturan ini sedikit banyak bakal berdampak terhadap emiten-emiten yang terkait, yang mana akan terjadi kenaikan biaya. William bilang, dengan pengenaan cukai terhadap minuman berpemanis ini, perusahaan minuman tentu akan mengerek harga produk. Meski kenaikan harga produk hanya sebatas menyesuaikan dengan pengenaan cukai, ini akan berpengaruh terhadap pertumbuhan laba.

“Pertumbuhan laba bisa terhambat karena bagaimana pun kenaikan harga produk pada awalnya akan direspons dengan berkurangnya pembelian terhadap produk tersebut,” jelasnya.

Baca Juga: Teh kemasan dan minuman soda akan kena cukai,usulan tarif Rp 1.500-Rp 2.500 per liter

Secara keseluruhan, William memproyeksi saham-saham consumer goods masih memiliki prospek yang cerah lantaran produk-produknya bakal tetap dibeli oleh konsumen.
Menurut William, ada beberapa saham consumer goods yang menarik seperti SIDO, KBLF, ICBP, BEEF, dan PZZA.

Dia merekomendasikan investor untuk membeli saham SIDO dengan target harga Rp 1.400 per saham, KBLF dengan target Rp 1.600 per saham, ICBP dengan target harga Rp 12.500 per saham, INDF dengan target harga Rp 8.000 per saham, BEEF dengan target harga Rp 450 per saham, dan saham PZZA dengan target harga Rp 1.150 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×