kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ada cukai minuman berpemanis, Bahana Sekuritas rekomendasikan beli saham UNVR


Minggu, 01 Maret 2020 / 14:32 WIB
Ada cukai minuman berpemanis, Bahana Sekuritas rekomendasikan beli saham UNVR
ILUSTRASI. Karyawan menyusun minuman kemasan di salah satu gerai Alfamart di Palembang, Sumatera Selatan, Kamis (20/2/2020). Sejumlah produsen minuman yang berpemanis bakal menaikkan harga untuk menjaga profitabilitas.


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah berencana mengenakan pajak untuk berbagai minuman berpemanis. Melalui kebijakan ini pemerintah berharap dapat menekan konsumsi gula nasional untuk meningkatkan kesehatan masyarakat sekaligus menambah pendapatan negara.

Dengan pengenaan cukai ini, sejumlah emiten yang memproduksi minuman yang berpemanis bakal menaikkan harga agar tetap bisa menjaga profitabilitas, yang tentunya akan berdampak pada tingkat penjualan. Bahana Sekuritas memperkirakan kenaikan harga akan beragam mulai dari 2%-17% untuk berbagai merek minuman.

Beberapa emiten yang bisa terkena dampak dari pemberlakukan tarif cukai ini diantaranya PT Mayora Indah Tbk (MYOR), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) dan PT Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP). Bahana memperkirakan ICBP akan menaikkan harga berkisar 10%-17% untuk berbagai jenis minuman yang terkena cukai, MYOR diperkirakan akan menaikkan harga sekitar 4%-6%, sedangkan UNVR bakal menaikkan harga mulai dari 2%-9%.

"Tarif cukai ini bakal dibebankan langsung kepada konsumen karena emiten akan mengalami kesulitan dalam menjaga margin bila menahan atau menunda kenaikan harga," ungkap Analis Bahana Sekuritas Giovanni Dustin melalui rilis yang diterima Kontan.co.id, Minggu (1/3).

Baca Juga: Masih dikaji, Kemenkeu perkirakan penerimaan cukai minuman berpemanis Rp 6,25 triliun

Giovanni juga menjelaskan emiten yang lebih sedikit memproduksi minuman berpemanis dan juga yang memproduksi minuman berpemanis dengan target pasar masyarakat kelas menengah-atas akan terkena dampak yang lebih terbatas dibanding produsen yang menyasar kelas menengah-bawah.

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengusulkan produk minuman berpemanis akan dikenakan cukai sebesar Rp 1.500 per liter untuk teh kemasan. Produksi teh kemasan ini mencapai 2,19 juta liter setiap tahun, dengan potensi penerimaannya mencapai Rp 2,7 triliun. Untuk produk berkarbonasi akan dikenakan cukai sebesar Rp 2.500 per liter. Tercatat produksi minuman karbonasi ini mencapai 747 juta liter, dengan potensi penerimaan negara mencapai Rp 1,7 triliun.

Usulan selanjutnya adalah tarif cukai untuk produk minuman berpemanis lainnya seperti minuman berenergi, kopi, konsentrat dan lainnya sebesar Rp 2.500 per liter. Total produksi minuman ini sebesar 808 juta liter dengan potensi penerimaan sebesar Rp 1,85 triliun. Sehingga total penerimaan negara diperkirakan mencapai Rp 6,25 triliun atau sekitar 3,5% dari target penerimaan negara sepanjang 2020.

Baca Juga: Mengukur Efek Cukai Minuman Berpemanis bagi Emiten Barang Konsumen

Bahana Sekuritas memperkirakan, dampak pengenaan cukai ini terhadap UNVR akan lebih terbatas dibanding dua emiten lainnya. Pasalnya berbagai produk minuman yang bakal terkena cukai tersebut lebih banyak menyasar konsumen dengan kelas menengah-atas yang lebih mampu menyerap kenaikan harga tersebut dibandingkan dua emiten lainnya yang lebih banyak menyasar kelas menengah-bawah.

"UNVR juga diuntungkan karena saat ini masyarakat semakin banyak melakukan migrasi dengan menggunakan produk-produk premium, yang sedang menjadi fokus dari Unilever," kata Giovanni.

Dia merekomendasikan beli saham UNVR dengan target harga Rp 10.150 per saham. Bahana memperkirakan pendapatan UNVR akan mencapai Rp 44,98 triliun pada akhir 2020, dengan laba bersih diperkirakan sebesar Rp 7,91 triliun sepanjang 2020 atau naik sekitar 7% dibanding pencapaian tahun lalu.

Jumat (28/2), harga saham UNVR turun 4,55% ke Rp 6.825 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×