kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Ada 30 perusahaan dalam pipeline IPO BEI, begini prospeknya menurut analis


Rabu, 25 Desember 2019 / 20:44 WIB
Ada 30 perusahaan dalam pipeline IPO BEI, begini prospeknya menurut analis
ILUSTRASI. Bursa Efek Indonesia


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Herlina Kartika Dewi

Di sisi lain, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana mengungkapkan, sektor barang konsumsi menjadi yang paling menarik bagi sekuritasnya. Pasalnya, sektor yang didorong oleh konsumsi masyarakat ini tergolong defensif di tengah kondisi ekonomi global yang masih dipenuhi ketidakpastian. 

Berdasarkan catatan Kontan.co.id, Selasa (17/12), Direktur Penilaian BEI I Gede Nyoman Yetna mengatakan, dalam pipeline IPO tersebut, ada perusahaan yang menargetkan perolehan dana dengan jumlah menengah ke atas. 

Akan tetapi, rata-rata nilai emisi para calon emiten ini adalah sekitar Rp 250 miliar. Artinya, penghuni pipeline tersebut masih didominasi oleh calon emiyen yang menawarkan emisi kecil.

Baca Juga: BEI catat pipeline obligasi Rp 4,48 triliun, berikut daftar lengkapnya

Direktur Sinarmas Sekuritas Kerry Rusli mengatakan, dalam pipeline IPO sekuritasnya yang menggunakan tahun buku Desember 2019, belum ada perusahaan berskala besar. 
"Ada empat perusahaan dalam pipeline yang berasal dari sektor  manufaktur, consumer good, informasi teknologi (IT), dan packaging. Rata-rata emisinya Rp 100 miliar," kata Kerry, Jumat (20/12). 

Memang, Herditya melihat, kondisi ekonomi tahun depan belum mendukung bagi perusahaan yang akan IPO dengan emisi besar. Akan tetapi, ia tidak menutup kemungkinan tersebut selagi perusahaan dapat melihat berbagai kesempatan yang ada pada pasar saham. 

Sebut saja kondisi global yang dapat mendukung penguatan pasar, seperti membaiknya negosiasi perang dagang Amerika Serikat-China, perkembangan Brexit, dan perbaikan kondisi ekonomi global. 

"Bisa dimungkinkan juga lebih ke investornya. Apakah yang akan IPO namanya sudah dikenal terlebih dahulu oleh investor dan bagaimana historisnya sebelum IPO akan menjadi pendorong untuk perusahaan-perusahaan tersebut," ucap dia. 

Di sisi lain, Sukarno melihat perusahaan-perusahaan yang IPO dengan emisi kecil ini akan tetap diminati investor. Alasannya, dalam dua tahun terakhir, perusahaan yang IPO dengan nilai emisi kecil mencatatkan potensi kenaikan yang signifikan. 

"Investor ritel minatnya bisa dibilang lumayan banyak dengan nilai emisi segitu," kata dia. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×