Reporter: Benedicta Prima | Editor: Wahyu T.Rahmawati
5. PT Marga Abhinaya Abadi Tbk (MABA)
Perusahaan melantai pada Juni 2017 dengan emisi Rp 185,4 miliar.
Pada kuartal III-2019, MABA mengantongi pendapatan Rp 34,88 miliar atau turun 60,99% yoy. Di tengah penurunan tersebut, perusahaan mampu memperbaiki kondisi rugi perusahaan. Pada periode tersebut perusahaan mengalami kerugian RP 156,73 miliar atau membaik 4,33% dari kondisi sebelumnya yang tercatat rugi Rp 163,82 miliar.
Kemudian, utang perusahaan tercatat mencapai Rp 1,89 triliun atau naik 7,9% sejak awal tahun. Sedangkan ekuitas perusahaan tercatat 392,89 miliar atau turun 28,52% sejak awal tahun.
6. PT Sinergi Megah Internusa Tbk (NUSA)
Perusahaan melantai pada Juli 2018 dengan emisi Rp 325 miliar.
Pada kuartal III-2019, NUSA mengantongi pendapatan Rp 8,78 miliar atau turun 10,04% yoy. Di tengah penurunan pendapatan perusahaan mampu menekan kerugian hingga 20,13% yoy dari rugi Rp 14,16 miliar menjadi rugi Rp 11,31 miliar.
Kemudian, utang perusahaan tercatat mencapai Rp 64,76 miliar atau naik 15,97% sejak awal tahun. Sedangkan ekuitas NUSA tercatat turun 1,48% sejak awal tahun menjadi Rp 753,15 miliar.
Baca Juga: Saham Sektor Batubara Masih Belum Menarik, Begini Rekomendasi Analis
7. PT Andira Agro Tbk (ANDI)
Perusahaan ini melantai pada Agustus 2018 dengan emisi Rp 337,5 miliar.
Pada kuartal III-2019 perusahaan mencatat pendapatan turun 7,49% yoy menjadi Rp 211,95 miliar. Sementara itu jumlah laba bersih perusahaan tertekan lebih dalam yaitu 20,13% yoy dari Rp 19,02 miliar menjadi Rp 14,78 miliar.
Kemudian utang perusahaan tercatat turun 13,75% sejak awal tahun menjadi Rp 253,31 miliar. Sementara itu jumlah ekuitas perusahaan naik 3,76% sejak awal tahun menjadi Rp 255,39 miliar.
8. PT Capri Nusa Satu Properti Tbk (CPRI)
Perusahaan ini melantai pada April 2019 dengan jumlah emisi Rp 50,04 miliar.
Pada kuartal III-2019, CPRI tercatat mengantongi pendapatan Rp 2,36 miliar atau naik 66,19% yoy. Kenaikan pendapatan tersebut membuat kondisi rugi perusahaan membaik. Pada periode tersebut perusahaan mengantongi rugi Rp 13,63 miliar atau turun dari kondisi rugi sebelumnya yang mencapai Rp 43,54 miliar.
Kemudian, utang perusahaan tercatat mencapai Rp 45,87 miliar atau naik 43,34% sejak awal tahun. Sementara ekuitas juga ikut naik 53,24% sejak awal tahun menjadi Rp 194,05 miliar.
Baca Juga: Meski banyak diperdagangkan, harga saham keluarga Tjokrosaputro justru merosot