Reporter: Raka Mahesa W | Editor: Djumyati P.
JAKARTA. PT ABM Investama Tbk (ABMM) menyiapkan sederet agenda ekspansi di tahun ini. Perseroan bakal mengerek produksi batubara, menambah kapal pengangkut batubara dan merampungkan proyek pembangkit listrik.
Di bisnis batubara, PT Reswara Minergi Hartama, anak usaha ABMM, tengah menambah kapasitas produksi pada dua konsesi tambang batubara di Kalimantan Selatan dan Aceh. Selama 2011, Reswara memproduksi 2,1 juta ton batubara. ABMM menargetkan Reswara bisa memproduksi 5,5 juta ton batubara. Reswara menguasai lahan 6.703 hektare (ha) di dua wilayah itu.
ABMM juga menggenjot kinerja PT Cipta Krida Bahari, yang bergerak di bisnis transportasi pertambangan. Cipta Krida kini mengoperasikan sepasang kapal tug dan tongkang pengangkut batubara. Perusahaan ini membeli tujuh unit kapal tug & barges berkapasitas 7.500 ton. Satu unit kapal tongkang telah diterima pada akhir September 2011, dan enam unit kapal yang lain, dijadwalkan tiba tahun ini.
Di lini usaha pembangkit listrik, ABMM tengah merampungkan dua proyek pembangkit melalui anak usahanya, PT Sumberdaya Sewatama. Pertama, pembangkit listrik di Jambi berkapasitas 136 Megawatt (MW). Kedua, pembangkit listrik di Aceh berkapasitas 15 MW. Dua proyek itu menelan total investasi US$ 90 juta. Kedua proyek ini diharapkan beroperasi pada kuartal II-2012.
Dari ekspansi itu, ABMM menargetkan pendapatan naik 50% di tahun ini. Pada 2011, perseroan memproyeksikan pendapatan Rp 5,8 triliun, naik 30% dari pendapatan 2010. Dus, target pendapatan ABM tahun ini Rp 8,7 triliun.
Rasio utang tinggi
Analis Indosurya Asset Management, Reza Priyambada, menilai, jika seluruh ekspansi berjalan sesuai rencana, maka pendapatan ABMM tahun ini bisa Rp 8,17 triliun, naik dari estimasi tahun lalu Rp 5,84 triliun. Dia memperkirakan kontribusi terbesar berasal dari kontraktor tambang dan produksi batubara sekitar 55% pendapatan, sewa peralatan 17% pendapatan, dan sisanya berasal dari transportasi darat, laut dan pabrikasi.
Kepala Riset MNC Securities, Edwin Sebayang, menghitung pendapatan ABMM di tahun ini Rp 6,67 triliun, naik 20% dari proyeksi pendapatan tahun lalu Rp 5,56 triliun. Sedang laba bersih 2012 mencapai Rp 478,86 miliar, tumbuh 15% dari estimasi laba bersih tahun lalu Rp 416,4 miliar.
Investor juga harus mencermati rasio utang ABMM. “Debt to equity ratio (DER) perseroan sebesar 4,49 kali. Setelah membayar utang dari hasil IPO, DER masih 3,7 kali,” kata Edwin. Rasio ini menunjukkan kemampuan ekuitas melunasi pinjaman sangat terbatas. Besaran utang pun mengerek beban bunga sehingga menekan earning per share (EPS) ABMM. Di tahun ini EPS ABMM ditaksir Rp 173,65 per saham, naik dari estimasi tahun lalu Rp 151 per saham.
Reza menghitung target harga ABMM Rp 4.250 per saham. Adapun Edwin menargetkan Rp 4.400 per saham. Harga ini mencerminkan price to earning ratio (PER) sebesar 20 kali, PER industri tahun ini sekitar 17 kali.
Secara teknikal, ABMM menguji resistance di level 3.500-3.700. “Jika menembus dan bertahan di atas Rp 3.700 per saham. Maka bisa mendekati Rp 3.825 per saham,” kata Muhammad Alfatih, Analis Samuel Sekuritas Indonesia.
Namun volume transaksi ABMM tipis dan kurang likuid. “Bagi yang sudah punya sebaiknya tahan, karena ada potensi naik,” kata dia. Edwin juga merekomendasikan tahan dan Reza menyarankan beli.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News