Reporter: Astri Kharina Bangun | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Anggota Bursa (AB) menyambut positif rencana Bursa Efek Indonesia (BEI) menyatukan platform perdagangan derivatif dengan perdagangan saham dan obligasi dalam Jakarta Automatic Trading System Next Generation (JATS Next G). Pelaku pasar berharap, penyatuan ini bakal lebih mengaktifkan transaksi derivatif di bursa dalam negeri.
"Kalau mau mengembangkan derivatif bagus sekali. Seharusnya memang dibuat multiproduk," ujar Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia (APEI) Lily Widjaja.
Selama ini, sebetulnya sudah ada perdagangan produk derivatif di BEI, yaitu kontrak opsi saham (KOS) dan LQ45 Futures. KOS adalah efek yang memuat hak beli (call option) atau hak jual (put option) atas underlying stock (saham perusahaan tercatat, yang menjadi dasar perdagangan seri KOS) dalam jumlah dan strike price tertentu. Strike price ialah harga yang ditetapkan oleh bursa untuk setiap seri KOS sebagai acuan serta berlaku dalam periode tertentu. Sementara itu, LQ45 Futures adalah kontrak untuk membeli atau menjual menggunakan underlying indeks saham LQ45.
"Produknya ada tapi sampai saat ini belum mendapatkan sambutan yang baik. Karena itu, perlu dilihat kembali fitur dan aturan mainnya seperti apa sehingga produk ini benar-benar menarik minat pelaku pasar," ungkap Lily.
Sekedar catatan, BEI saat ini masih meminta masukan dari para anggota bursa. Bila kesepakatan dengan AB tercapai, barulah rancangan revitalisasi itu diajukan ke Bapepam-LK.
Salah satu hal yang menjadi rencana revitalisasi BEI terkait penyatuan perdagangan produk derivatif ke sistem JATS Next G adalah penambahan penetapan seri opsi saham. Saat ini seri opsi saham ditetapkan sebanyak 7 seri call option dan 7 seri put option. Kalau revitalisasi jadi dilakukan, maka jumlah serinya masing-masing dinaikkan menjadi 15 seri.
Presiden Direktur BNI Securities Jimmy Nyo berpendapat, revitalisasi peraturan perdagangan derivatif harus disertai edukasi dan sosialisasi yang mendalam dan meluas agar transaksi berjalan aktif.
"Sosialisasi perlu dilakukan secara terus menerus kepada investor, sales, analis, dan pihak terkait lainnya. Paling tidak selama dua tahun ke depan," kata Jimmy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News