kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

7 Saham bank kena suspend, analis sarankan wait and see


Kamis, 04 Maret 2021 / 17:10 WIB
7 Saham bank kena suspend, analis sarankan wait and see
ILUSTRASI. Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis (4/3), menghentikan sementara perdagangan 7 saham bank kecil.


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga sejumlah saham bank kecil melonjak belakangan ini. Lonjakan harga saham membuat Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis (4/3), menghentikan sementara perdagangan 7 saham bank kecil.

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana bilang, lonjakan harga saham di bank-bank kecil terjadi lantaran adanya spekulasi pasar.

“Memang spekulasi bahwa para fintech terkait dompet digital akan memperluas usahanya dengan mengakuisisi bank kecil yang akan ditransformasikan ke bank digital. Umumnya akuisisi akan di atas nilai buku banknya. Seperti Bank Jago yang dua kali nilai buku,” ujar Wawan kepada Kontan.co.id pada Kamis (4/3).

Wawan menilai, prospek bank digital memang terlihat cerah ke depannya. Namun investor perlu memahami agar bank digital diterima oleh masyarakat akan butuh waktu. Belum lagi banyaknya pemain akan mendorong terjadinya perang bakar uang untuk menarik minat pengguna baru.

Baca Juga: Bursa menghentikan sementara perdagangan 7 saham bank ini, Kamis (4/3)

Lebih lanjut, ia menyatakan, pada tahap awal, fokus bank digital bukan profit tapi menambah jumlah nasabah. Bila akuisisi pengguna dinilai rampung, barulah bank digital akan kembali ke prospek pendapatan perusahaan.

“Saat itu terjadi harga dengan valuasi mahal akan rentan sekali untuk terkena profit taking dan terkoreksi. Untuk yang tertarik pada bank digital kan ada bank besar yang punya anak usaha itu misalnya BBRI dan BBCA,” tambah Wawan.

Ia juga melihat, bank kecil selama ini pun memiliki kinerja yang  biasa saja. Juga cenderung kurang likuid sahamnya. Ia mengingatkan risiko bagi investor yang masuk sekarang pada valuasi tinggi jika bank itu tidak  jadi diakuisisi.

“Lebih baik wait and see untuk saat ini. Kalaupun mau masuk ya sebagai diversifikasi, jangan sebagai investasi utama. Secara fundamental emiten bank kecil itu kurang menarik, dengan permodalan yang cenderung kecil tekanan pandemi juga akan terasa,” jelas Wawan.

Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Ardiastama juga menilai, kenaikan harga saham pada emiten bank kecil juga karena spekulasi. Lantaran pelaku pasar modal berekspektasi akan kebijakan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk melakukan penambahan modal inti.

“OJK mengisyaratkan bank kecil untuk melakukan penambahan modal guna mendukung transformasi bisnis menjadi bank digital. Terdapat spekulasi dimana masuknya investor strategis dinilai dapat menaikkan nilai perusahaan,” kata Okie kepada Kontan.co.id pada Kamis (4/3).

Oleh sebab itu, agar tidak terkena spekulasi, ia menyarankan bagi calon investor untuk melakukan perbandingan dari rasio keuangan emiten. Tujuannya agar bisa mengetahui valuasi emiten satu sama lain.

“Sebaiknya saat ini wait and see dulu saja. Karena  dari segi valuasi sudah cukup premium,” tambahnya.

Baca Juga: BEI suspensi saham Bank Ganesha (BGTG), Rabu (3/3)

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Heru Kristiyana bilang, perbankan Indoensia masih menarik bagi investor. Hal ini bisa terlihat dari beberapa bank yang akan diakuisisi investor.

“Bisa kita lihat saham perbankan yang baru akan diakuisisi oleh pemilik kuat, itu mentok atas. Apalagi ada modal inti minimum bagi perbankan di 2022 dan 2023 bagi BPD. Sehingga saya melihat perbankan kita masih menarik dilirik investor,” ujar Heru dalam diskusi virtual pada Kamis (4/3).

Kata Heru, tren ini juga terjadi secara global lantaran bank berukuran besar akan menjadi perhatian semua orang. Bila pemilik bank Indonesia tidak mau berbagi kepemilikan sahamnya, maka bank lokal akan tertinggal.

Memang regulator telah melakukan riset yang menunjukkan modal inti minimum Rp 3 triliun merupakan modal minimal yang diperlukan. Dengan modal sebesar itu, maka bank bisa berupaya memperkuat ketahanannya dan mendukung ekspansi bisnis agar lebih kontributif.

OJK menilai, bagi bank kecil yang tidak mampu memenuhi modal inti hingga Rp 3 triliun, maka regulator memberikan solusi melakukan merger dengan bank lain. Juga bisa memperkuat diri dengan berada di bawah payung bank besar sehingga terbentuk sinergi dengan bank besar melalui pemanfaatan sumber daya dari bank besar.

Sebelumnya, BEI telah melakukan suspensi tujuh saham emiten bank kecil yakni  PT Bank QNB Indonesia Tbk (BKSW), PT Bank IBK Indonesia Tbk (AGRS), PT Bank Maspion Indonesia Tbk (BMAS), PT Bank Capital Indonesia Tbk (BACA).

Juga PT Bank Harga Internasional Tbk (BBHI), PT Bank Bumi Arta Tbk (BNBA), dan PT Bank Artha Graha Internasional Tbk (INPC). Penghentian sementara perdagangan lantaran ada kenaikan harga saham yang signfikan pada 7 bank tersebut.

Hrga saham BNBA Rabu (3/3) ditutup pada Rp 3.320 per saham, menguat 24,81% atau mentok auto rejection atas dalam sehari. Ini adalah harga tertinggi saham BNBA sejak IPO tanggal 1 Juni 2006.

Harga saham BNBA ini sudah melonjak 778,31% sejak awal tahun. Sedangkan harga saham INPC melesat 363,77% sejak awal tahun. Kenaikan harga saham BBHI mencapai 468,4% sejak awal tahun. Harga saham BKSW sudah menguat 147,17% sejak awal tahun.

Harga saham AGRS tercatat melesat 238,24% sejak awal tahun. Sedangkan harga saham BMAS melonjak 127,91% sejak awal tahun. Harga saham BACA terangkat 122,07% sejak awal tahun.

Selanjutnya: Naik ratusan persen, saham tujuh bank ini kena suspend BEI

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×