kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

39 Emiten Baru Melantai di BEI, Saham Berikut Layak untuk Trading & Diversifikasi


Selasa, 09 Mei 2023 / 20:24 WIB
39 Emiten Baru Melantai di BEI, Saham Berikut Layak untuk Trading & Diversifikasi
ILUSTRASI. Sudah ada 39 emiten baru yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun ini.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sudah ada 39 emiten baru yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun ini. Terbaru, hajatan initial public offering (IPO) membawa PT MPX Logistics International Tbk (MPXL) listing hari ini, Selasa (9/5).

Pada hari perdana menjadi perusahaan publik, harga saham MPXL melaju kencang hingga menuju auto rejection atas. Naik 34,26% ke harga Rp 145 dari harga IPO sebesar Rp 108 per saham.

Sejumlah saham baru berhasil melesat lebih dulu dari harga penawarannya. Antara lain PT Pelita Teknologi Global Tbk (CHIP), PT Hillcon Tbk (HILL), PT Hatten Bali Tbk (WINE), PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN), dan emiten yang baru listing kemarin (8/5), PT Tripar Multivision Plus Tbk (RAAM).

Research & Consulting Manager Infovesta Utama Nicodimus Kristiantoro mengungkapkan volatilitas harga pada masa awal perdagangan cenderung tinggi, lantaran investor umumnya melirik saham baru sebagai pilihan trading. Sebab, tak mudah menentukan saham-saham baru sebagai pilihan investasi jangka panjang.

Baca Juga: Ada 39 Emiten Baru di BEI, Investor Harus Cermat dan Teliti

Investor perlu cermat melihat fundamental perusahaan untuk mengukur konsistensi pertumbuhan top line dan bottom line emiten, minimal dalam tiga atau empat tahun ke belakang. Kemudian memastikan bahwa bisnis emiten sudah mapan (well established), dan didukung oleh prospek bisnis secara sektoral.

"Jika tidak bisa mencapai kriteria tersebut, akan sangat sulit untuk me-maintenance saham-saham IPO dalam koridor return positif," ujar Nico kepada Kontan.co.id, Selasa (9/5).

Sehingga sebagai pilihan investasi jangka panjang, investor akan lebih relevan melirik saham-saham big caps atau blue chips. Sebagai acuan dengan fundamental solid, dan rekam jejak kinerja bisnis yang berkesinambungan.

Selain untuk trading, Nico mengamati sejumlah saham emiten baru yang cocok sebagai alternatif diversifikasi. Dari 39 saham baru pada tahun ini, Nico menjagokan WINE dan HILL.

Baca Juga: Masih Ada 47 Perusahaan Antre IPO, Sektor Mana yang Menarik?

Untuk WINE, Nico melihat pergerakan saham seiring dengan kinerja fundamentalnya. WINE sukses membalikkan kerugian menjadi laba bersih, terdongkrak penjualan yang melejit.

Meski pada Selasa (9/5) saham WINE ambles 6,42% ke posisi Rp 510, tapi level harga saat ini masih lebih tinggi dari harga IPO di Rp 129 per lembar. Sedangkan HILL terangkat oleh prospek positif dari ekspansi ke segmen jasa pertambangan nikel yang akan menjadi hot commodity.

Hari ini HILL masih menguat 2,94% ke level Rp 3.850, jauh lebih tinggi dari harga IPO di Rp 1.250 per saham. Nico melihat saham WINE dan HILL layak koleksi dengan target harga masing-masing di Rp 800 dan Rp 4.000.

Di samping WINE dan HILL, Nico melihat saham MPXL juga menarik untuk dicermati. Apalagi, mayoritas dana hasil IPO akan digunakan untuk keperluan ekspansi. Sektor bisnis logistik terbilang prospektif di tengah pembukaan ekonomi secara global. 

Baca Juga: Pilih-Pilih Pendatang Baru di Bursa

Pelaku pasar bisa memanfaatkan momentum untuk trading MPXL pada tiga sampai lima hari perdagangan. Setelah itu, perlu menganalisa pola pergerakan harganya lewat alat ukur teknikal. "Tetap hati-hati dengan volatilitas di awal perdagangan," imbuh Nico.

Di sisi lain, dari hajatan IPO sejauh ini, ada sejumlah emiten yang menyita perhatian publik. Pasar tertarik mengamati lantaran emiten baru ini menggalang dana dengan jumlah jumbo maupun memiliki skala usaha dan grup bisnis yang besar.

Di antaranya adalah PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO), PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL), PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA), dan CUAN.

Untuk saham PGEO, saat ini parkir di posisi Rp 770, di bawah harga IPO yakni di Rp 875 per saham. Selain karena valuasi, Nico menilai prospek bisnis panas bumi belum mentereng, memerlukan waktu yang relatif panjang dan cost intensive

Baca Juga: Investor Lebih Selektif, Simak Catatan dan Rekomendasi Untuk Saham-Saham IPO

Saham PGEO pun masih bergerak di area sideways, pada rentang area support selama 10 hari. Batas area support ada di Rp 750.

Jika sudah ada tanda-tanda rebound bertahap dengan kenaikan volume beli, baru bisa dilirik kembali. Jika turun di bawah area support, pertimbangkan untuk cutloss.

Sedangkan untuk saham NCKL dan MBMA, bisnis nikel memang prospektif dalam beberapa tahun ke depan. NCKL dan MBMA juga akan diuntungkan dengan perkembangan industri kendaraan listik.

Namun untuk saat ini, perlu waspada dengan sentimen harga komoditas nikel. "Sekarang harga nikel global sedang turun dan berpengaruh pada gerak kedua saham tersebut," ujar Nico.

Baca Juga: ICX Targetkan Pertumbuhan Dana Investasi Rp 230 Miliar di 2023

Sedangkan untuk saham CUAN, secara harga, saat ini berada di level Rp 855. Memang masih jauh lebih tinggi ketimbang harga saat IPO di Rp 220 per lembar. Hanya saja, momentum pergerakan CUAN sedang mengalami downtrend.

Sehingga, untuk NCKL, MBMA dan CUAN, Nico melihat bukan waktu yang tepat mengoleksi ketiga saham tersebut. Perlu mengatur strategi agar meminimalisasi risiko potential loss. 

"Tunggu sentimen negatif mereda dulu dan pola teknikal dapat menunjukkan tanda-tanda rebound, baru mulai koleksi lagi," tandas Nico.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×