kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.526.000   -2.000   -0,13%
  • USD/IDR 16.240   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.037   -29,18   -0,41%
  • KOMPAS100 1.050   -5,14   -0,49%
  • LQ45 825   -5,35   -0,64%
  • ISSI 214   -0,85   -0,40%
  • IDX30 423   -1,15   -0,27%
  • IDXHIDIV20 514   0,87   0,17%
  • IDX80 120   -0,69   -0,57%
  • IDXV30 125   1,36   1,09%
  • IDXQ30 142   0,26   0,18%

2015, Kinerja sukuk ungguli obligasi konvensional


Minggu, 10 Januari 2016 / 20:02 WIB
2015, Kinerja sukuk ungguli obligasi konvensional


Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Pasar sukuk tahun 2015 mencatatkan kinerja lebih baik dibandingkan obligasi konvensional.

Presiden Direktur PT Penilai Harga Efek Indonesia alias Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Ignatius Girendroheru menjelaskan, sepanjang tahun 2015, kinerja pasar obligasi syariah tercatat positif.

Tercermin pada kinerja obligasi syariah yakni Indonesia Sukuk Index Composite – Total Return (ISIXC – TR) pada tahun 2015 yang tumbuh 6% dari posisi 160,56 ke level 170,12.

Kenaikan tersebut lebih baik dibandingkan kinerja pasar obligasi yang tercermin pada Indonesia Composite Bond Index (ICBI) yang menggemuk 4,2% dari level 175,89 menjadi 183,27 periode sama.

Analis PT Capital Asset Management Desmon Silitonga memaparkan, kinerja pasar obligasi syariah pada tahun lalu memang lebih baik dibandingkan surat utang konvensional.

Maklum, surat utang syariah umumnya kurang aktif ketimbang obligasi konvensional. Penyebabnya, likuiditas sukuk yang lebih minim. Apalagi pasar obligasi syariah domestik umumnya didominasi oleh investor dalam negeri. Sementara pasar obligasi konvensional mayoritas dikuasai asing.

Makanya kala volatilitas pasar Indonesia terbilang tinggi tahun lalu akibat spekulasi kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat, devaluasi mata uang Yuan China, serta gagal bayarnya utang Yunani, investor asing pada pasar obligasi konvensional dalam negeri lebih reaktif.

Berbeda dengan investor domestik pada pasar obligasi syariah yang lebih adem karena tidak terpapar risiko fluktuasi mata uang rupiah.

“Investor asing di sukuk tidak sampai 15%. Kalau pasar lagi turun, sukuk koreksinya tidak sedalam yang konvensional. Sebaliknya, kalau pasar bullish (naik), pertumbuhan sukuk juga tidak setinggi yang konvensional,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×