Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Di tengah kondisi bursa saham yang tak menentu, investor ritel bakal kedatangan portofolio anyar. Bulan depan, pemerintah mulai menawarkan sukuk ritel alias sukri seri SR-008. Prospek surat utang bertenor tiga tahun ini menarik, karena diprediksi memberikan imbal hasil sebesar 9% per tahun
Direktur Pembiayaan Syariah Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan Suminto membeberkan, masa penawaran SR-008 berlangsung 19 Februari-4 Maret 2016. Sayang, Suminto belum bisa menjelaskan target penerbitan SR-008.
"Target fleksibel, penerbitan SR-008 setidaknya sebesar SR-007, yang berjumlah Rp 21,965 triliun," ungkap Suminto. Sebenarnya tahun lalu pemerintah menargetkan penerbitan SR-007 antara Rp 15 triliun-Rp 20 triliun dengan imbalan sebesar 8,25%.
Sementara seri lawas SR-006 terbit sekitar Rp 19,32 triliun dengan kupon 8,75%.
Ariawan, Analis Sucorinvest Central Gani, memperkirakan, jika tren yield obligasi pada dua bulan pertama tahun 2016 relatif stabil, besaran imbal hasil SR-008 serupa dengan kupon obligasi ritel Indonesia (ORI), seri ORI012 yang mencapai 9%.
I Made Adi Saputra, Analis Fixed Income MNC, juga memprediksi imbal hasil SR-008 sekitar 9%. Pergerakan imbal hasil obligasi pemerintah tak berbeda jauh dengan kuartal IV-2015. Menurut Made, tren penyusutan bunga deposito menyebabkan SR-008 semakin menarik.
Apalagi ada peluang pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI). "Dari tahun ke tahun, minat investor sukuk ritel semakin besar, karena pelaku pasar sudah paham karakteristiknya," jelas Made.
Menurut Ariawan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meramalkan, laju pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sepanjang tahun 2016 mencapai 13%-15%.
Ini bisa mendorong sebagian investor masuk ke sukri. Apalagi imbal hasil sukri lebih besar ketimbang suku bunga Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yang saat ini 7,5%.
Lalu pajak kupon SR-008 sebesar 15%, lebih rendah ketimbang pajak bunga deposito yang mencapai 20%. Sebagai instrumen pemerintah, sukri relatif bebas risiko. Investor sukri juga berpeluang meraih capital gain di pasar sekunder.
Pada seri SR-007, masa holding period ditetapkan selama satu bulan Meski pasar saham juga menarik. karakter investor obligasi ritel dengan investor saham berbeda. Investor yang berani menerima risiko umumnya menempatkan dana di pasar saham guna mengais return tinggi.
Sedangkan investor ritel mengejar imbal hasil tetap dan risiko minim. Made memproyeksikan, potensi penerbitan SR-008 mencapai Rp 23 triliun–Rp 25 triliun. Sedangkan Ariawan melihat, potensi penerbitan SR-008 bisa mencapai Rp 24 triliun–Rp 26 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News