kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.621.000   -3.000   -0,18%
  • USD/IDR 16.474   -133,00   -0,81%
  • IDX 6.976   -133,24   -1,87%
  • KOMPAS100 1.018   -26,20   -2,51%
  • LQ45 803   -20,55   -2,49%
  • ISSI 208   -3,55   -1,67%
  • IDX30 418   -8,92   -2,09%
  • IDXHIDIV20 501   -11,17   -2,18%
  • IDX80 116   -3,02   -2,54%
  • IDXV30 120   -2,07   -1,69%
  • IDXQ30 137   -3,11   -2,22%

WIKA dan ADHI bidik utang bank Tiongkok


Kamis, 17 September 2015 / 07:20 WIB
WIKA dan ADHI bidik utang bank Tiongkok


Reporter: Annisa Aninditya Wibawa, Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Emiten pelat merah membidik kucuran pinjaman dari China Development Bank (CDB). Ini karena tiga bank pelat merah, yakni Bank Mandiri (BMRI), Bank Rakyat Indonesia (BBRI), dan Bank Negara Indonesia (BBNI) telah meneken perjanjian untuk meraih pinjaman masing-masing US$ 1 miliar dari CDB.

Kelak, dua emiten konstruksi BUMN, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) dan PT Adhi Karya Tbk (ADHI) akan memperoleh aliran dana dari pinjaman CDB tersebut. Pasalnya, kedua emiten konstruksi ini berencana menggarap proyek dengan nilai jumbo. WIKA membidik pinjaman untuk proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Jawa V di Banten. PLTU ini akan memiliki kapasitas 2x1.000 megawatt (MW). Investasi proyek ini senilai US$ 1,5 juta per MW. Artinya, total proyek tersebut mencapai US$ 3 miliar atau Rp 42 triliun.

"Kami mengajukan pinjaman ke sana, karena dengan ekuitas saja tak cukup," ungkap Suradi, Sekretaris Perusahaan WIKA, kepada KONTAN, Selasa (15/9).

Meski begitu, WIKA tak akan sendirian menggarap proyek tersebut. Nantinya, WIKA menggandeng China Nuclear Engineering Group Corporation Ltd (CNEC) dan PT Sumber Segara Primadaya.

Suradi menyebutkan WIKA hanya akan memegang porsi minoritas di sana. Untuk menggarap suatu proyek, WIKA memakai porsi pendanaan 30% kas internal dan 70% pinjaman. Manajemen memperkirakan perjanjian proyek PLTU ini baru berlangsung awal tahun depan. Sehingga kepastian pendanaannya selesai di tahun depan. Sedangkan ADHI berharap memperoleh pendanaan untuk menggarap proyek light rail transit (LRT) sepanjang 83,6 km.

Proyek ini terdiri dari dua tahap, dengan total enam lintas pelayanan. Adapun investasinya berkisar Rp 20 triliun. "Kalau ada pinjaman murah, siapa yang tidak mau," ucap Kiswodarmawan, Direktur Utama ADHI kepada KONTAN, Rabu (16/9). Memang, saat ini ADHI tengah memproses penawaran umum terbatas dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue senilai Rp 2,82 triliun.

Manajemen bilang, menggarap satu proyek dengan dana rights issue tak akan mencukupi. Oleh karena itu, ADHI memerlukan pendanaan lain berupa pinjaman. Meski begitu, ADHI maupun WIKA mengaku belum memiliki komitmen atas aliran pinjaman CDB.

Kepala Riset NH Korindo Securities Reza Priyambada melihat WIKA dan ADHI masih mungkin memperoleh pinjaman dalam jumlah besar. Menurut dia, rasio utang terhadap ekuitas (DER) ADHI berada di 0,6 kali. Sementara DER WIKA adalah 0,4 kali.

"Masih cukup rendah dan bisa menambah utang. Tapi dengan bertambahnya pinjaman, emiten harus hati-hati," kata dia. Reza melihat prospek kedua emiten ini masih cerah. Dia menyarankan buy on weakness WIKA dan ADHI, dengan target masing-masing Rp 2.950 dan Rp 2.100 per saham. Harga ADHI kemarin turun 6,31% jadi Rp 1.930 per saham dan WIKA turun 0,56% menjadi Rp 2.660 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×