Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Peluang Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk bergerak lebih stabil terbuka pada bulan Februari 2025. Meski begitu, investor mesti tetap mencermati sentimen eksternal dan domestik yang bisa menyetir arah pasar saham.
IHSG di bulan Februari akan bermula dari posisi 7.109,19. Level ini didapat usai IHSG menutup perdagangan Januari dengan penguatan 0,50% pada Jumat (31/1). Dengan fluktuasi yang cukup kencang, IHSG mengakumulasi kenaikan 0,41% secara year to date.
Investment Analyst Edvisor Profina Visindo Indy Naila menilai pergerakan IHSG pada bulan Januari 2025 terbilang sideways. Dampak dari January Effect cenderung flat di tengah kepungan sentimen eksternal.
Vice President Marketing, Strategy and Planning Kiwoom Sekuritas Indonesia Oktavianus Audi mengamini performa IHSG cukup menggambarkan dampak yang terbatas dari January Effect. Audi menyoroti sejumlah sentimen yang menyetir pasar saham sepanjang Januari.
Mulai dari Trump Effect di sekitar pelantikan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS), depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, serta langkah agresif Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga sebesar 25 basis points.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham dari Analis untuk Lima Emiten Blue Chip Baru di LQ45 & IDX30
Kebijakan BI memotong suku bunga acuan cukup membawa sentimen positif, yang terefleksi pada kenaikan IHSG hingga beberapa hari pasca pengumuman tersebut. Hanya saja, katalis lain cenderung membuat pelaku pasar lebih bersikap hati-hati.
Dari dalam negeri, investor mengantipasi dampak dari pelemahan nilai tukar rupiah. Dari eksternal, investor mencermati kebijakan tarif AS di era Donald Trump terhadap beberapa negara yang rawan meningkatkan ketidakpastian ekonomi global. Begitu pun dengan langkah AS menarik diri dari Perjanjian Iklim Paris (Paris Agreement).
Di sisi lain, The Fed menahan tingkat suku bunga, dan memberikan sinyal lebih berhati-hati dalam memangkas suku bunga yang menimbulkan kekhawatiran terhadap efek iklim suku bunga tinggi (higher for longer). "Investor cenderung shifting ke dalam aset yang beresiko rendah hingga safe havens," terang Audi kepada Kontan.co.id, Minggu (2/2).
Peluang menguat terbuka
Meski dikepung sejumlah sentimen tersebut, Audi melihat peluang IHSG untuk kembali menguat tetap terbuka pada bulan ini. Secara historis, IHSG menunjukkan performa positif pada bulan Februari dalam empat tahun terakhir.
Menurut Audi, penguatan IHSG di bulan Februari terdongkrak oleh posisi investor pasca penyesuaian portofolio pada bulan Januari, serta musim rilis laporan keuangan tahunan yang mulai bergulir. Audi memperkirakan IHSG akan bergerak pada rentang support 6.950 dan resistance 7.464 pada bulan ini.
Technical Analyst BRI Danareksa Sekuritas Reyhan Pratama sepakat, laju IHSG pada bulan Februari seringkali menjadi momentum pemulihan setelah periode volatilitas pada Januari. Reyhan memprediksi, kinerja IHSG berpotensi lebih stabil pada bulan Februari.
Baca Juga: IHSG Diproyeksi Kembali Melemah pada Perdagangan Senin (3/2)
Apalagi jika ada katalis dari dalam negeri yang menopang pasar, seperti stimulus fiskal, kebijakan BI yang pro-stabilitas, serta perbaikan data ekonomi domestik. Hanya saja, sentimen eksternal yang masih membayangi tetap menjadi faktor risiko yang perlu diperhatikan.
Terutama dari dinamika negosiasi kebijakan tarif AS dan perkembangan data ekonomi global. Reyhan pun menaksir IHSG akan bergerak pada area 6.956 - 7.324 pada awal bulan ini atau sepekan ke depan. Sedangkan dalam rentang bulanan, IHSG bisa melaju pada support 6.937 dan resistance 7.470 sepanjang Februari.
Indy menambahkan, pelaku pasar perlu mencermati efek dari langkah The Fed terhadap outlook suku bunga acuan. Faktor penting lainnya adalah pergerakan kurs rupiah serta kondisi perekonomian AS dan China, yang bisa memengaruhi arus dana keluar (capital outflow) dari pasar Indonesia.
Sejumlah sentimen tersebut dapat membuat IHSG bergerak volatile pada bulan ini. Indy memprediksi IHSG akan bergerak pada rentang 7.016 - 7.232 untuk sepekan ke depan, dan melaju pada area 7.100 - 7.444 di bulan Februari.
Baca Juga: Simak Prospek Kinerja Emiten Properti Kawasan Industri di Tahun Ini
Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih sepakat, langkah hawkish The Fed, tekanan pada kurs rupiah dan tingkat inflasi menjadi sentimen yang perlu dicermati. Capital outflow dari pasar keuangan pun masih berpotensi lanjut di bulan ini.
Rekomendasi saham
Ratih menyarankan agar investor mempertimbangkan diversifikasi kelas aset hingga sektoral dalam portofolio investasinya. "Selain itu, money management juga diperlukan untuk mengurangi risiko," kata Ratih.
Jika terjadi koreksi, pelaku pasar bisa memperhatikan peluang buy on weakness. Terutama pada saham-saham yang memiliki historis yield dividen menarik, menjelang Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pasca rilis kinerja tahunan emiten.
Ratih menyodorkan saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS). Trading plan yang bisa dipertimbangkan untuk sepekan ke depan adalah buy on weakness TLKM pada harga Rp 2.660 dengan target di resistance Rp 2.800.
Kemudian, buy PTBA dan speculative buy BRMS dengan target masing-masing pada resistance Rp 2.800 dan Rp 410. Sedangkan Audi menyarankan buy PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), trading buy PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) dan PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG), serta akumulasi buy PT Mark Dynamics Indonesia Tbk (MARK).
Baca Juga: IHSG Menguat, Asing Banyak Melepas Saham-Saham ini pada Jumat (31/1)
Reyhan menyematkan rekomendasi buy untuk saham PT Astrindo Nusantara Infrastruktur Tbk (BIPI), PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS), PT Sariguna Primartirta Tbk (CLEO) dan PT Dyandra Media International Tbk (DYAN). Dengan target harga masing-masing di Rp 96 - Rp 105, Rp 3.040 - Rp 3.350, Rp 1.575 - Rp 1.700 dan Rp 103 - Rp 109.
Sementara Indy merekomendasikan emiten perbankan dan energi. Indy menjagokan saham BMRI, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), PT Elnusa Tbk (ELSA) dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG).
Selanjutnya: Erajaya (ERAA) Dapat Perpanjangan dan Penambahan Fasilitas Kredit dari CIMB Niaga
Menarik Dibaca: Cara Tercepat Turunkan Gula Darah Tinggi Ketika Darurat di Rumah
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News