kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Upgrade harga, emiten batubara paling berdampak


Kamis, 07 September 2017 / 22:26 WIB
Upgrade harga, emiten batubara paling berdampak


Reporter: Nisa Dwiresya Putri | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - Harga sebagian besar komoditas masih dalam tren naik. HSBC dan Macquarie pun merevisi naik (upgrade) proyeksi harga saham komoditas tambang dengan kenaikan rata-rata 3%-8% hingga kontrak 2019 nanti.

Melihat proyeksi harga komoditas tambang oleh HSBC, upgrade terbesar ada pada komoditas bijih besi (iron ore), baja, dan tembaga. Perubahan terkecil ada pada komoditas aluminium, nikel, serta batubara (coking dan thermal).

Upgrade proyeksi harga batubara menjadi salah satu yang paling berdampak, mengingat statusnya sebagai bahan bakar. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Riset Koneksi Kapital Alfred Nainggolan.

Selain itu, menurut Alfred selama lebih dari tiga tahun terakhir, emiten batubara puasa karena tekanan harga komoditas. Munculnya sentimen terkait harga komoditas, menjadi hal yang sangat menarik menurut Alfred. “Katalisnya bersifat makro dan harga komoditi global. Harusnya imbasnya kepada harga jual komoditinya. Emiten coal akan mendapat penguatan harga jual produknya,” ujar Alfred, Kamis (7/9).

Secara keseluruhan, emiten yang berbasis batubara menurut Alfred akan merasakan dampak positif. Hanya saja, Alfred memprediksi bahwa emiten yang memiliki porsi ekspor yang relatif besar akan lebih diuntungkan.

Beberapa emiten yang menarik menurut Alfred adalah PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), dan PT Harum Energy Tbk (HRUM).

Adapun sekarang, menurut Alfred pelaku pasar masih khawatir karena kenaikan harga batubara belum diiringi kenaikan harga minyak. Namun, dia percaya outlook harga komoditas yang cenderung naik mendorong pelaku pasar melakukan apresiasi, sehingga mereka mau menambah portfolio di saham batubara.

Imbasnya, meurut Alfred masih ada potensi kenaikan harga saham emiten batubara. "Sekarang saya melihat valuasi saham coal itu masih cukup murah 10-12 kali. Dibandingkan PE market sekitar 16 kali, jadi masih cukup jauh,” tutur Alfred.

Ketika harga sudah mulai cukup kuat, Alfred melihat bahwa emiten batubara juga akan lebih percaya diri untuk ekspansi, yakni dengan menambah produksi. “Ini akan cukup bagus, mungkin tidak hanya untuk batubara, pengangkutan juga mungkin akan diuntungkan,” ucapnya.

Managing Director Investa Saran Mandiri Jhon Veter melihat, upgrade proyeksi harga komoditas tambang disebabkan oleh permintaan yang bertambah, baik dari aktivitas perdagangan maupun dilihat dari industri secara keseluruhan.

Karena itu, menurut John, yang diuntungkan dari upgrade harga ini justru perusahaan yang bermain di sisi hilir. “Komoditas ini kan tidak bisa dinikmati langsung sama masyarakat, di manufaktur dulu. Jadi kenaikan itu impact-nya ke perusahaan manufaktur, pabrikan,” tutur John.

Beberapa emiten manufaktur terdampak yang sempat disebut John adalah PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), dan PT Krakatau Steel Tbk (KRAS).

Meski demikian, John tak menampik bahwa munculnya upgrade harga komoditas tetap bisa memoles saham emiten komoditas. Beberapa saham komoditas tambang yang masih diperhatikan John adalah ADRO, PTBA, ITMG, dan INCO. Hanya saja, saat ini John tak menyarankan untuk terlalu agresif di sektor komoditas. Dengan pertimbangan valuasi yang mahal, John merekomendasikan hold untuk saham-saham di atas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×