kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45924,19   -7,17   -0.77%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sektor energi dan konsumsi masih favorit


Rabu, 21 Februari 2018 / 08:30 WIB
Sektor energi dan konsumsi masih favorit


Reporter: Riska Rahman | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemodal asing kembali masuk bursa saham lokal. Pada Senin (19/2) lalu, seiring rekor Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ke level 6.689,29, asing mencatatkan net buy Rp 419,67 miliar.

Meski demikian, asing kemarin kembali mencatatkan net sell Rp 198,71 miliar. Bahkan, sejak awal tahun asing masih net sell Rp 6,67 triliun.

Analis Mirae Asset Sekuritas Taye Shim juga melihat aksi beli asing di awal pekan ini tak serta merta mengindikasikan mereka kembali membidik pasar saham Indonesia. "Pasar sepertinya masih wait and see untuk sementara waktu," ujar dia kepada KONTAN, Selasa (20/2).

Para pelaku pasar, termasuk investor asing, masih mencermati arah kebijakan The Federal Reserve (The Fed) terkait kenaikan suku bunga dan dampaknya pada nilai tukar mata uang. Namun dalam jangka panjang, Taye optimistis pasar saham Indonesia masih menarik bagi asing. Adanya potensi peningkatan harga komoditas berkat pelemahan dollar AS membuat pasar saham Indonesia akan dilirik investor asing.

Tak hanya itu, sentimen pemilu pun masih tetap mempengaruhi ketertarikan investor terhadap Indonesia. Sebab, pilkada serentak tahun ini dan pemilu presiden tahun depan akan mendorong konsumsi. "Hal ini bisa mendorong inflasi jadi lebih tinggi pada tahun ini," terang Taye. Selain inflasi, kenaikan pengeluaran masyarakat tahun ini bisa mendorong penerimaan negara, seperti pajak.

VP Research & Analysis Valbury Asia Futures Nico Omer Jonckheere menambahkan, meningkatnya jumlah masyarakat usia produktif di Indonesia mampu mendorong perekonomian yang diprediksi tumbuh hingga 5,4% di tahun ini. Di saat yang sama, jumlah kelas menengah yang semakin bertambah.

Hal ini juga menjadi daya tarik bagi investor asing. "Jumlah utang Indonesia juga tergolong rendah dibanding negara G20 lain, sehingga pasar saham Indonesia masih menarik," terang Nico.

Meski masih net sell di awal tahun ini, investor asing bakal kembali masuk dan bisa berbalik net buy hingga akhir tahun nanti. "Kalau melihat sejarah, setelah aksi jual besar-besaran investor asing akan selalu mencatatkan net buy di tahun berikutnya," kata Taye.

Pada 2013, net sell asing mencapai Rp 20,46 triliun. Namun keadaan berubah di 2014, ketika asing net buy Rp 42,60 triliun. Hal serupa terjadi pada 2015 ketika asing net sell Rp 22,58 triliun dan berbalik net buy pada 2016 senilai Rp 16,17 triliun.

Sektor andalan

Menurut Taye, potensi peningkatan konsumsi masyarakat mendorong investor asing mempertimbangkan saham sektor konsumsi. Kenaikan harga sejumlah komoditas di pasar global, seperti batubara dan minyak bumi, juga bakal menjadi acuan bagi pemodal asing. Artinya, saham berbasis komoditas akan diperhitungkan pada tahun ini.

Sejak awal tahun hingga kemarin, saham berbasis komoditas di Bursa Efek Indonesia (BEI) memang sudah menanjak 24,61%. Ini jauh melampaui kenaikan IHSG yang sebesar 4,83% (ytd).

Nico juga melihat saham-saham yang bermain di segmen pendukung sektor komoditas, seperti saham emiten pelayaran dan saham jasa pertambangan migas, seperti Logindo Samudramakmur (LEAD) dan Elnusa (ELSA), layak dicermati.

Cuma, sektor perbankan mulai jenuh beli. Meski indeks sektor ini naik lebih tinggi dari IHSG, yakni 7,27% , untuk sementara Taye tidak menyarankan investor masuk ke sektor perbankan. "Sebab, saat ini valuasinya sudah terlalu tinggi sehingga sektor ini kurang menarik," papar dia.

Pandangan berbeda disampaikan Nico Omer. Dia melihat sektor perbankan masih layak dicermati, meski sudah mencetak pertumbuhan tinggi. "Selama pertumbuhan ekonomi masih positif, sektor perbankan akan menarik bagi investor," ungkap dia.             

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×