kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Rupiah boleh loyo tapi komoditas bisa perkasa


Kamis, 05 September 2013 / 12:25 WIB
Rupiah boleh loyo tapi komoditas bisa perkasa
ILUSTRASI. kawasan industri milik PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk (BEST). Kinerja Emiten Lahan Industri Diproyeksi Cemerlang pada 2022


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. Tidak semua emiten tertekan oleh pelemahan rupiah. Sebaliknya, pelemahan rupiah justru menjadi peluang untuk meraup untung lebih besar, khususnya emiten-emiten yang memiliki basis ekspor.

Analis dari Pefindo, Niken Indriarsih menilai, keuntungan akan dihasilkan oleh perusahaan yang berbasis ekspor komoditas. Sebab, mereka akan diuntungkan dengan selisih kurs pelemahan rupiah. "Selisih dapat mengimbangi harga komoditas crude palm oil (CPO)  atau pun batubara," imbuhnya saat kegiatan Media Forum & Market Update Pefindo, (5/9).

Nah, jika basis ekspor yang diuntungkan, maka sudah jelas, basis impor yang dirugikan. Emiten yang memiliki basis impor berpotensi besar untuk mengalami pelemahan kinerja akibat kondisi makro ekonomi seperti saat ini.

Secara spesifik, Niken bilang, sektor yang akan terpengaruh negatif atas pelemahan nilai tukar rupiah adalah sektor farmasi dan otomotif. Pasalnya, jenis industri ini butuh bahan baku yang tidak bisa ditemukan di tanah air sehingga mengharuskan mereka mengimpor bahan baku.

Tapi, lanjut niken, ada juga sektor yang terpengaruh negatif namun tidak terlalu signifikan, yaitu sektor telekomunikasi. Untuk telekomunikasi, ada beberapa peralatan yang harus diimpor tapi jumlahnya tidak banyak sehingga dampaknya tidak signifikan.

Untuk mengimbangi dampak pelemahan rupiah, langkah yang logis adalah dengan menaikkan harga jual produk. "Tapi harus dicermati juga daya beli dan daya saing sektor terkait supaya langkah yang diambil justru semakin memperburuk keadaan," pungkas Niken.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×