kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45933,98   5,63   0.61%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Produk baru RD Pendapatan Tetap paling banyak


Minggu, 14 Mei 2017 / 20:21 WIB
Produk baru RD Pendapatan Tetap paling banyak


Reporter: Umi Kulsum | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Hingga April 2017, manajer investasi semakin gencar menerbitkan reksadana anyar guna memenuhi kebutuhan investor.

Mengacu data Infovesta Utama, terhitung sejak awal tahun hingga akhir April 2017, jumlah reksadana anyar yang beredar sebanyak 1.368 produk. Artinya sudah bertambah 42 produk dari posisi Januari 2017 yang tercatat sebanyak 1.326 produk.

Penambahan jumlah produk reksadana terbanyak empat bulan pertama ini dialami oleh jenis reksadana pendapatan tetap hingga 11 produk. Lalu diikuti oleh jenis reksadana saham dan pasar uang masing-masing bertambah 9 produk. Selanjutnya, reksadana jenis terproteksi bertambah 8 produk di periode yang sama.

Sedang, jenis reksadana campuran hanya bertambah tiga produk dan Reksadana Penyertaan Terbatas (RDPT) bertambah 2 produk. Namun, Reksadana indeks, Exhange Traded Fund (ETF), DIRE masih stagnan dan tidak ada penambahan produk sejak awal tahun hingga April 2017 ini.

Research & Investment Analyst Infovesta Utama Wawan Hendrayana menjelaskan, wajar jika reksadana jenis pendapatan tetap paling banyak meluncur.

Hal tersebut lantaran dikeluarkannya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.05/2016 tentang Investasi di Surat Berharga Negara (SBN) bagi Lembaga Jasa Keuangan Non Bank di awal tahun 2016. Dalam kebijakan tersebut, IKNB, seperti dana pensiun dan asuransi, wajib melakukan penempatan investasi sekitar 10%-20% menjadi 30% pada SBN.

“Kebanyakan investor tersebut memenuhi kewajiban itu melalui produk reksadana daripada dipegang sendiri. Ini yang memicu pertumbuhan signifikan pada produk reksadana yang berbasis pendapatan tetap,” terangnya.

Faktor lain, menurutnya didukung oleh suku bunga dalam negeri yang masih terbilang rendah. Bank Indonesia tetap mempertahankan suku bunga di kisaran 4,75% meskipun The Fed sudah menaikkan suku bunga pertamanya. Sehingga, investor memang banyak yang mencari alternatif investasi yang memberikan imbal hasil di atas deposito.

“Beberapa fund manager memang menerbitkan yang kinerjanya di atas deposito karena ini cukup menarik terutama biasanya yang mencari dari investor perbankan,” jelas dia.

Selain itu, alasan lain gencarnya manajer investasi terbitkan reksadana pendapatan tetap juga lebih disebabkan oleh faktor risiko yang cenderung lebih aman ketimbang jenis lain semisal reksadana saham.

Ditambah, sejak awal tahun hingga April 2017, pasar obligasi terus membaik. Mengacu data yang disusun oleh Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), pasar obligasi seperti yang terlihat dalam Indonesia Composite Bond Index (ICBI) sudah melaju 6,94% ke level 222.97.

“Harganya saat ini cenderung bagus, apalagi ada potensi dari lembaga pemeringkat utang internasional Standard & Poor's yang akan menaikkan rating surat utang dalam negeri ke level Investment grade pertengahan tahun ini,” kata Wawan.

Wawan memprediksi, hingga penghujung tahun penambahan produk jenis fixed income akan lebih banyak ketimbang jenis lain. Dibanding reksadana saham, reksadana pendapatan tetap kinerjanya bisa diprediksi dengan melihat alokasi asetnya.

“The Fed kemungkinan akan menaikkan suku bunga tidak dalam jangka waktu dekat, sehingga minat investor terhadap reksadana pendapatan tetap akan lebih banyak,” tukasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×