kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.333.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menimbang prospek saham AISA


Senin, 02 Maret 2015 / 21:03 WIB
Menimbang prospek saham AISA
ILUSTRASI. Karyawan mengawasi proses pemasukan Tanda Buah Segar (TBS) kelapa sawit kedalam mesin untuk pengolahan minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO). ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/foc.


Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Harga beras mulai melonjak sejak beberapa hari terakhir. Kenaikan ini disebabkan kurangnya pasokan serta terhambatnya distribusi.

Kenaikan harga beras bisa menjadi sentimen positif bagi produsen beras, PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA). Maklum, kenaikan harga beras di pasaran bisa turut mengerek harga beras AISA.

Ankga Adiwirasta, Analis BNI Securities mengatakan, segmen bisnis beras AISA menyumbang 58% terhadap total pendapatan perseroan pada kuartal III-2014. Ini artinya, beras kini menjadi bisnis utama AISA.  "Efek kenaikan harga beras cukup signifikan," ujarnya kepada KONTAN, Senin (2/3).

Namun demikian, Ankga belum bisa melihat sejauh mana efek kenaikan harga beras terhadap kinerja AISA. Apalagi, kenaikan tersebut diprediksi hanya bersifat sementara. Presiden Joko Widodo sempat mengungkapkan, kenaikan harga hanya permainan spekulan. "Presiden mengatakan Maret akan ada panen raya, harga beras bisa turun lagi," lanjut Ankga.

Managing Partner Investa Saran Mandiri, Kiswoyo Adi Joe mengatakan, AISA bisa merespon kenaikan harga beras dengan dua pilihan. Pertama, AISA dapat menaikkan harga jual berasnya mengikuti kenaikan harga di pasaran. Dengan demikian, perseroan berpotensi meraup laba yang lebih tinggi. Atau yang kedua, AISA bisa mempertahankan harga berasnya sehingga mendapat lebih banyak pangsa pasar.

Selama ini AISA memasarkan beras premium dengan merek Ayam Jago, Rumah Adat, Desa Cianjur, dan Istana Bangkok. Produk AISA lebih banyak dipasarkan ke pasar modern dengan target masyarakat ekonomi menengah ke atas.  Harga beras AISA pun lebih mahal dengan harga beras biasa di pasaran.  Jika AISA mempertahankan harga, masyarakat yang sebelumnya mengonsumsi beras biasa bisa beralih ke beras AISA.

David Nathanael Sutyanto, Kepala Riset First Asia Capital mengatakan, fluktuasi harga beras bermerek milik AISA berbeda dengan beras biasa yang beredar di pasaran. Namun, AISA akan mengantongi lebih banyak keuntungan jika harga berasnya turut terkerek.

David menilai perkembangan bisnis beras AISA cukup bagus. Tahun ini, perseroan menargetkan konstribusi bisnis beras bisa memberi kontribusi hingga 60% terhadap total pendapatan. "Posisi beras AISA di pasar juga terus mengalami pertumbuhan ," ungkapnya.

Ankga menilai positif strategi AISA dalam mengembangkan bisnis berasnya. Misalnya dengan melakukan pelatihan terhadap para petani agar bisa menghasilkan beras dengan kualitas terbaik.  Tahun ini AISA juga berencana untuk membangun pabrik beras dengan kapasitas 240.000 ton per tahun di Jawa Timur.

Menurut Ankga, dalam pemasaran produk beras premium, AISA juga belum mendapat pesaing besar. Sementara permintaan beras premium dari tahun ke tahun diperkirakan terus meningkat. Hal ini seiring dengan meningkatnya kalangan menengah ke atas.

David mengatakan, permintaan beras akan terus meningkat meski harganya mahal. Maklum, beras merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia. "Pertumbuhan dari bisnis makanan juga bagus," lanjut David.

Bisnis beras sendiri tahun ini minim tantangan. Namun, Ankga melihat ada sedikit tantangan bagi bisnis makanan perseroan. Pasalnya, sebagian bahan baku dari bisnis makanan harus diimpor dari luar negeri. "Pelemahan rupiah menjadi tantangan bagi pelaku bisnis makanan, termasuk AISA," imbuh Ankga.

Tahun 2014, Ankga memperkirakan pendapatan AISA mencapai Rp 5,1 triliun atau tumbuh 25,9% dari tahun 2013 Rp 4,05 triliun. Tahun ini Ankga memperkirakan pendapatan AISA tumbuh 62,7% menjadi Rp 8,3 triliun.

Sedangkan untuk laba bersihnya, Ankga memperkirakan Rp 541 miliar tahun 2014 atau tumbuh 74,5% dari tahun 2013 sebesar Rp 340 miliar. Tahun ini laba bersih AISA diperkirakan mencapai Rp 823 miliar.

David memperkirakan pendapatan AISA tahun 2014 mencapai Rp 5,1 triliun dengan laba bersih Rp 500 miliar. Tahun ini, David memperkirakan pendapatan AISA sebesar Rp 7,3 triliun dan laba bersihnya Rp 800 miliar.

Ankga dan David  merekomendasikan buy saham AISA dengan target harga masing - masing Rp 3.150 dan Rp 2.700 per saham.  Kiswoyo merekomendasikan hold dengan target harga Rp 2.350 per saham.

Senin (2/3) harga saham AISA naik 3,41% di level Rp 2.275 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×