kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kinerja tahunan Sarana Menara Nusantara (TOWR) tetap stabil meski Internux bangkrut


Selasa, 09 April 2019 / 19:17 WIB
Kinerja tahunan Sarana Menara Nusantara (TOWR) tetap stabil meski Internux bangkrut


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR), anggota indeks Kompas100 ini,berhasil pertahankan kestabilan kinerja di sepanjang tahun lalu, meski sempat kehilangan klien besar. Analis memproyeksikan prospek TOWR di tahun ini masih akan tumbuh seiring dengan akses 4G yang belum merata tersedia di wilayah Indonesia.

Tercatat, di sepanjang 2018, TOWR catatkan kenaikan pendapatan sebesar 10% menjadi Rp 5,87 triliun dari tahun sebelumnya Rp 5,34 triliun. Dari sisi laba bersih, TOWR juga catatkan pertumbuhan sebesar 5% menjadi Rp 2,2 triliun dari Rp 2,1 triliun di tahun sebelumnya. Sementara, EBITDA di sepanjang tahun lalu mencapai Rp 4,93 triliun.

Lucky Ariesandi, Analis Bahana Sekuritas menilai perolehan kinerja TOWR di tahun lalu sesuai dengan ekspektasinya. "Kinerja sepanjang tahun lalu stabil di tengah mengingat major client, Internux menghentikan operasi," kata Lucky, Selasa (9/4).

Operator telekomunikasi PT Internux (Bolt) resmi berhenti beroperasi sejak akhir tahun lalu. Berhentinya salah satu pelanggan TOWR ini sempat membuat pendapatan di kuartal IV 2018 turun 1% secara kuartalan.

Di periode yang sama pendapatan sewa menara turun 3% secara kuartalan akibat tidak mendapatkan pendapatan dari Internux yang izin operasinya dicabut pemerintah. Namun, untungnya TOWR masih mencatat pertumbuhan sewa bersih sebanyak 2016 penyewa di kuartal IV 2018.

Lebih rinci, Lucky mengatakan pertumbuhan sewa di tahun kemarin didukung kuat oleh XL dengan 127 situs dan Indosat sebanyak 105 situs. Selain itu, bangkrutnya Internux menyebabkan EBITDA TOWR di kuartal IV-2018 turun karena peningkatan Rp 30 miliar pada biaya provisi. "TOWR juga mencatat penurunan Rp 25 miliar di pos pemulihan cadangan penurunan nilai," kata Lucky.

Lucky memproyeksikan Internux tidak akan menjadi penghambat kinerja TOWR di tahun ini sebagai piutang karena Internux telah membayar Rp 66 miliar di akhir Desember.

Sementara, Ranjan Sharma Analis JP Morgan juga mengatakan pendapatan jangka pendek TOWR berpotensi hilang karena berhentinya operasi operator telepon kecil. Dalam risetnya 19 Maret 2019, Ranjam mencatat pemerintah telah mencabut tiga lisensi Broadband Wireless Access (BWA) termasuk Internux.

"Kemungkinan dampaknya pendapatan TOWR akan seret dengan putusnya sewa dari operator yang berhenti tersebut," kata Ranjan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×