kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Investasi obligasi masih tetap seksi


Kamis, 08 Februari 2018 / 13:41 WIB
Investasi obligasi masih tetap seksi
ILUSTRASI. Investor ritel cenderung sensitif terhadap risiko imbal hasil dan harga


Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Instrumen berbasis obligasi masih menarik sebagai sarana investasi di era suku bunga rendah. Potensi return yang ditawarkan masih mampu bersaing dengan instrumen lain.

Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Ahmad Mikail menilai, investor ritel cenderung sensitif terhadap risiko imbal hasil dan harga. Maka itu, ketika tren penurunan imbal hasil SUN terjadi satu tahun terakhir, ada kecemasan investor ritel meninggalkan pasar obligasi. Ini bisa terlihat dari kepemilikan investor ritel di SBN yang menurun dalam beberapa bulan terakhir.

Mengutip data Ditjen Pembiayaan Pengelolan dan Risiko Kemkeu, pada Januari lalu, kepemilikan investor ritel di SBN mencapai Rp 56,42 triliun. Angka ini lebih rendah dibanding kepemilikan investor ritel per akhir Desember 2017, yakni Rp 59,84 triliun.

Menurut Ahmad, meski ada penurunan kepemilikan investor ritel di SBN, bukan berarti pasar obligasi pemerintah tak lagi menarik. Pasalnya, investor ritel mengakali tren penurunan imbal hasil SUN dengan berinvestasi melalui reksadana pendapatan tetap berbasis obligasi. “Investor ritel tidak benar-benar pergi,” kata Ahmad, Rabu (7/2).

Selain unggul dalam nilai minimum modal investasi, reksadana pendapatan tetap dikelola manajer investasi, yang bisa mengatur pemilihan seri atau tenor obligasi sesuai kebutuhan.

Analis Fixed Income Fund Manager Ashmore Asset Management Indonesia Anil Kumar sepakat, instrumen berbasis obligasi masih menjadi pilihan tepat bagi investor ritel. Bagi investor ritel aktif, membeli obligasi langsung bisa menjadi pilihan. Tantangannya, investor dituntut aktif memantau perkembangan pasar dan memiliki strategi terkait waktu tepat untuk membeli atau menjual kepemilikan obligasinya.

Bagi investor ritel yang cenderung pasif, reksadana pendapatan tetap dapat menjadi pilihan. Investor pun tinggal mempercayakan pengelolaan dana investasinya pada MI. Tapi investor tetap perlu selektif memilih MI.

Terlepas dari itu, Anil bilang reksadana pendapatan tetap memiliki potensi imbal hasil lebih menarik daripada membeli obligasi langsung atau bahkan deposito. Hal ini tak lepas dari rendahnya beban pajak reksadana.

Reksadana hanya dikenakan pajak penghasilan atas imbal hasil sebesar 5%, sedangkan pajak obligasi 15%. Adapun bunga deposito dikenakan pajak 20%.

Analis Fixed Income MNC Sekuritas I Made Adi Saputra mengatakan, meski imbal hasil SUN sudah rendah, instrumen berbasis obligasi masih memiliki potensi untung bagi investor ritel berkat kondusivitas pasar obligasi.

Selama inflasi dan suku bunga acuan terjaga di level rendah, pasar obligasi domestik masih stabil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×