Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Wacana untuk menggabungkan PT Kimia Farma (Persero) Tbk (KAEF) dan PT Indofarma (Persero) Tbk (INAF) masih terus bergulir. Namun, hingga saat ini, rencana penggabungan dua emiten farmasi pelat merah itu belum menemukan titik terang.
Elfiano Rizaldi, Direktur Utama INAF mengatakan, pertemuan terakhir untuk membahas penggabungan ini dilakukan pada November lalu.
Tapi, banyaknya benturan kepentingan membuat skema penggabungan KAEF dan INAF masih belum jelas apakah mau merger, bentuk perusahaan holding, atau hanya konsolidasi.
"Tapi, kami pribadi merasa akan lebih logis jika menggunakan skema konsolidasi," aku Elfiano, (24/12).
Dengan konsolidasi, kedua perusahaan bisa tetap bekerjasama dan berkembang tanpa menghilangkan core bisnisnya masing-masing.
Elfiano menggambarkan, INAF lebih unggul dalam produksi, jadi sebaiknya INAF tetap fokus di sisi produksi sementara distribusinya dilakukan oleh KAEF.
Dengan konsolidasi, penetrasi pasar juga bisa menjadi lebih kuat dan efisien. Misalnya, selama ini penelitian jenis obat yang sama dilakukan oleh KAEF dan INAF.
Kegiatan seperti itu sangat tidak menguntungkan. Ketika dilempar di pasar, penetrasinya kurang maksimal karena produk yang dikeluarkan sejenis, tidak ada diversifikasi produknya.
Karena tidak terdiversifikasi, maka biaya yang dikeluarkan untuk penelitian menjadi sangat tidak efisien. "Belum lagi kalau nanti pas ketemu di pasar malah berantem, kan," tambah Elfiano.
Bandingkan dengan jika nantinya konsolidasi yang dilakukan bisa membuat KAEF dan INAF melakukan penelitian jenis obat yang berbeda dengan target segmentasi pasar yang juga berbeda. Hal ini jelas akan meningkatkan kekuatan penetrasi di pasar.
"Biaya yang dikeluarkan untuk penelitian juga bisa lebih efisien," pungkas Elfiano.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News