kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dipengaruhi Data Tenaga Kerja AS dan The Fed, Simak Proyeksi Rupiah pada Senin (6/5)


Minggu, 05 Mei 2024 / 21:52 WIB
Dipengaruhi Data Tenaga Kerja AS dan The Fed, Simak Proyeksi Rupiah pada Senin (6/5)
ILUSTRASI. Petugas menghitung uang pecahan dolar AS dan rupiah di gerai penukaran mata uang asing Dollarasia Money Changer, Jakarta, Kamis (25/4/2024).


Reporter: Nadya Zahira | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah ditutup menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan Jumat (3/5). Mengutip Bloomberg, Jumat (3/5) pukul 15.00 WIB, nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 0,63 ke Rp 16.083 per dolar AS.

Adapun indeks dolar AS melemah 0,04% ke 105,25.  Sedangkan di Jakarta, Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) menguat 0,66% ke Rp 16.094 per dolar AS.

Kepala Riset dan Edukasi PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan, sentimen yang membuat rupiah menguat karena adanya rilis data tenaga kerja AS Non Farm Payrolls, Average hourly earnings dan tingkat pengangguran untuk bulan April 2024, di mana hasilnya menunjukkan angka yang lebih buruk dari bulan sebelumnya. 

Baca Juga: Diprediksi Lanjut Menguat, Begini Proyeksi Rupiah pada Perdagangan Senin (6/5)

“Hal Ini mendorong pelemahan dolar AS terhadap nilai tukar lainnya dan mungkin terbawa ke awal pekan, dan bisa memicu kembali penguatan rupiah terhadap dolar AS,” kata Ariston kepada Kontan.co.id, Minggu (5/5). 

Ditambah dengan dorongan pelemahan dolar AS karena pernyataan the Fed pasca rapat kebijakan moneter yang dianggap tidak hawkish karena Jerome Powell tidak mempertimbangkan kenaikan suku bunga acuannya tahun ini.

Menurut dia, data tenaga kerja yang lebih buruk tersebut juga bisa memberikan pertimbangan tambahan untuk the Fed, agar segera memangkas suku bunga acuannya di tahun ini.

Selain itu, Ariston memprediksi pada pekan ini, pergerakan rupiah akan cenderung bergerak dinamis, seiring dengan rilis data ketenagakerjaan AS, serta data pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada kuartal 1 2024 yang meningkat. 

Baca Juga: Ekonomi Indonesia Diproyeksi Tumbuh 5,15% pada Kuartal I-2024

Ariston pun memprediksi, pada Senin (6/5) kemungkinan potensi penguatan rupiah ke arah Rp 16.000 per dolar AS, dengan potensi resisten di kisaran Rp 16.100 per dolar AS. 

“Dan bila sentimen positif berlanjut, rupiah bisa masuk ke Rp 15.900 per dolar AS,” imbuhnya. 

Selaras dengan hal ini, Pengamat Komoditas dan Mata Uang, Lukman Leong mengatakan bahwa menguatnya rupiah di pekan lalu didorong dari sikap The Fed yang cenderung dovish pada FOMC.

Hanya saja, diperkirakan sentimen tersebut tidak akan bertahan lama, mengingat prospek suku bunga The Fed masih belum berubah.

Menurut Lukman, untuk pekan depan, dengan absennya data ekonomi penting dari eksternal, investor akan beralih pada data domestik, yaitu PDB kuartal I dan cadangan devisa Indonesia.

"Namun sebelum itu, data pekerjaan AS NFP juga akan mempengaruhi rupiah sepekan ke depan," paparnya.

Baca Juga: Simak Strategi Maybank Indonesia yang Berhasil Menggenjot Kinerja di Kuartal 1 2024

Dia pun memperkirakan, bahwa pada pekan depan rupiah akan terkoreksi lantaran PDB Indonesia diperkirakan akan terkontraksi, sedangkan cadangan devisa juga diperkirakan akan turun. 

Lukman pun memperkirakan rupiah akan bergerak direntang Rp 16.050 - Rp 16.200 per dolar AS pada Senin (6/5).

Sementara dalam sepekan, rupiah akan bergerak dikisaran Rp 16.000 - Rp 16.350 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×