kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Cuan ceking di Tahun Kambing


Jumat, 24 Juli 2015 / 11:33 WIB
Cuan ceking di Tahun Kambing


Reporter: Noor Muhammad Falih | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Tahun Kambing Kayu kali ini tak berjodoh bagi portofolio investasi. Sebab, sejumlah instrumen menorehkan kinerja minus. Dari industri reksadana, hanya jenis reksadana pendapatan tetap dan pasar uang yang rata-rata masih mampu membagikan imbal hasil (return) positif secara year to date (ytd). Selebihnya, reksadana saham dan campuran memble.

Performa tersebut sejalan pergerakan aset dasar masing-masing reksadana. Lihat saja, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menjadi aset dasar reksadana saham dan campuran tercatat minus 4,73% ytd per 22 Juli 2015.

Sedangkan, kinerja obligasi yang menjadi aset dasar reksadana pendapatan tetap masih positif. Indeks return obligasi pemerintah yang ditunjukkan Indobex Government Total Return sebesar 2,88%.

Director of Investment Manulife Aset Manajemen Indonesia Alvin Pattisahusiwa mengatakan, sejatinya, kinerja pasar modal kuartal I-2015 cukup positif. Sayang, kinerja yang bagus tidak berlanjut pada kuartal kedua.

Kuartal I, pasar saham naik 5,58%, dan obligasi bahkan naik 6,01%. "Tapi, kondisi sebaliknya terjadi pada kuartal II, bursa saham jeblok 11,02%, dan pasar obligasi ikut terseret turun 3,47%," paparnya.

Menurut Alvin, sejumlah faktor eksternal dan dalam negeri menekan pasar modal domestik. Dari global, pada kuartal II-2015, pasar modal terimbas isu kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat, krisis utang Yunani, serta stimulus dan regulasi pasar modal China yang menyedot likuiditas global masuk ke pasar Tiongkok.

Adapun dari domestik, laju inflasi tinggi, pelemahan rupiah dan melemahnya aktivitas ekonomi turut menekan pasar. "Efeknya, investor harus menghitung ulang asumsi yang mereka gunakan sebelumnya," ujar Alvin.

Analis Infovesta Utama Edbert Suryajaya mengatakan, pergerakan pasar obligasi masih lebih baik ketimbang pasar saham, karena sifat dua instrumen tersebut relatif berbeda. Pasar obligasi lebih dipengaruhi kondisi makro ekonomi yang jadi patokan minat berinvestasi investor. Sedangkan pasar saham juga dipengaruhi kinerja emiten, sehingga lebih volatil.

Di sisi lain, performa investasi alternatif seperti komoditas emas bahkan lebih buruk. Setahun terakhir, harga emas spot sudah tumbang 16,75%. Hanya, emas Antam di dalam negeri masih naik terbatas, karena rupiah melemah.

Analis Equilibrium Komoditi Berjangka Ibrahim bilang, faktor penguatan dollar AS dan perlambatan ekonomi global menyurutkan minat investor membeli emas.

Masih ada peluang

Meski demikian, masih ada harapan kinerja instrumen investasi membaik di sisa  tahun ini. Menurut Alvin, pasar modal bisa lebih bergairah apabila sejumlah proyek infrastruktur pemerintah mulai terealisasi dan meningkatnya konsumsi masyarakat menjelang pemilihan kepala daerah (pilkada) akhir tahun ini.

Ia menyarankan, investor saham menggunakan strategi bottom-up (menimbang kinerja emiten) dan top down (mencermati kinerja makro ekonomi) agar selalu menemukan peluang.

Alvin bilang, pasar obligasi berpeluang lebih baik, lantaran potensi Indonesia mencapai peringkat investment grade, dan menipisnya pasokan Surat Utang Negara pada semester II. Ini bisa mengerek harga surat utang.

Namun Edbert melihat,  prospek pasar modal masih wait and see. Pasar akan menunggu perkembangan rencana kenaikan suku bunga AS yang diprediksi pada September nanti, serta hasil kinerja emiten pada semester I-2015. "Maka pergerakan pasar modal relatif stagnan hingga September," prediksinya.

Adapun, perkiraan Ibrahin, hingga tutup tahun ini, harga emas masih terpuruk. Jika AS mengerek suku bunga, emas spot bisa tumbang ke kisaran US$ 900 per  ons troi di akhir tahun ini. Apabila itu terjadi, ia menghitung, emas Antam bisa ikut terseret ke kisaran Rp 355.000 per gram.

Jadi, saat ini sebaiknya wait and see. "Tapi, investor bisa membeli pada harga termurah untuk investasi jangka panjang," saran Ibrahim.       

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×