Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) membuat manajer investasi lebih berhati-hati dalam meracik portofolio. Hal inilah yang dilakukan Batavia Prosperindo Aset Manajemen (BPAM) dalam mengelola reksadana bertajuk Batavia Dana Saham.
BPAM menghindari saham perusahaan yang terpapar risiko fluktuasi nilai tukar yang tinggi. "Kami memilih perusahaan dengan risiko sekecil mungkin," ujar Chief Investment Officer BPAM Agung Budiono.
Manajer investasi ini juga memilih saham-saham defensif. Kendati demikian, saham dalam produk ini tetap memiliki kapitalisasi besar, hingga mampu mengerek return. Misalnya saham JSMR dan TLKM.
Menilik fund fact sheet Mei 2015, reksadana ini memutar mayoritas aset dasar atau 86,55% di saham dan sisanya di pasar uang. Produk ini sejatinya memiliki kebijakan investasi leluasa memutar aset dasar di saham sekitar 80%-100%. Kemudian di pasar uang atau setara kas sekitar 0%-20%.
Dengan strategi tersebut, produk ini mampu mencetak return 3,18% dalam satu tahun terakhir per 3 juli 2015. Kinerja tersebut mampu mengalahkan rata-rata return reksadana saham yang sebesar 0,93% pada periode yang sama. Demikian juga dengan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sebesar 1,93%.
Agung mengatakan kinerja reksadana saham masih menarik, ditopang oleh penyerapan anggaran pemerintah. "Apabila terjadi rebound, maka kinerja IHSG di tahun 2016 bisa double digit," ujar Agung.
Presiden Direktur BPAM Lilis Setiadi menargetkan produk ini bisa menggenggam dana kelolaan Rp 1,3 triliun di akhir tahun. Angka tersebut naik dibandingkan dengan saat ini yang sebesar Rp 950 miliar.
Produk yang diluncurkan 16 Desember 1996 ini memiliki nilai aktiva bersih per unit di Rp 49.626,74 per 7 Juli 2015. Investor bisa menyiapkan dana minimal Rp 1 juta untuk minimum investasi. Biaya pembelian dikutip maksimal 2%, biaya penjualan kembali maksimal 2%, dan biaya manajemen maksimal 3% per tahun.
Analis Infovesta Utama Viliawati mengatakan, kinerja produk ini bakal ditopang oleh porsi aset dasar yang berupa saham berkapitalisasi besar. Diperkirakan, reksadana ini akan berkinerja menyerupai IHSG. "Meski demikian, strategi manajer investasi dalam overweighting atau underweighting sektor saham tertentu juga berpengaruh pada return reksadana," ujar dia.
Strategi reksadana yang menempatkan dana kelolaan pada saham-saham berkapitalisasi besar juga positif. Sebab, saham-saham tersebut lebih cepat pulih dari koreksi bursa apabila kondisi ekonomi membaik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News