Reporter: Muhammad Khairul | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Setelah anjlok hingga 4,7% sepanjang pekan lalu, harga perak kembali merangkak naik. Di New York Commodities Exchange, kontrak pengiriman perak untuk Mei 2012 sempat diperdagangkan senilai US$ 32,77 per troy ounce (toz), Senin (19/3). Setelah itu, perak melandai dan bergerak di harga rata-rata US$ 32,586 per toz.
Seiring pesona emas yang terus melejit sebagai instrumen investasi, perak ikut terangkat pamornya dewasa ini. Herman Djazi, VP Unit Bisnis Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulia Aneka Tambang, mengungkapkan, selama Januari-Februari 2012, perak murni terjual sebanyak 837,99 kilogram. "Tahun lalu hanya mencapai 459,6 kilogram, jadi kenaikannya mencapai 82%," ujar dia, kemarin.
Berbeda dengan emas yang dijual dalam bentuk lantakan, Antam menjual perak murni dalam bentuk butiran dengan harga Rp 10 juta per kilogram. "Tahun ini kami targetkan penjualan 8,5 ton, naik 6,25% dari tahun lalu sebanyak 8 ton," jelas Herman.
Pamor perak sejauh ini memang relatif kalah dibandingkan emas. Padahal, prospek investasinya tak kalah. Prospek permintaan perak di pasar global cukup kuat. Selain banyak dibutuhkan untuk keperluan industri, seperti elektronik, perak juga bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku perhiasan seperti emas.
Tonny Mariano, analis Harvest International Futures, menuturkan, saat ini prospek harga perak tengah naik terungkit sentimen dari China, salah satu pengimpor perak terbesar dunia. Posisi perak sebagai bahan baku industri, menjadi nilai lebih dibandingkan emas. Perak diyakini lebih cepat habis karena digunakan industri.
Sedangkan sebagai aset lindung nilai alias hedging, persediaan emas di pasar relatif lebih stabil karena hanya berpindah tangan di antara para investor. Melihat hal itu ditambah prospek pertumbuhan industri seiring tumbuhnya perekonomian, Tonny menilai investasi perak cukup menjanjikan. "Apalagi harganya murah," kata dia.
Sulit disimpan
Namun, jika prospek ekonomi buruk, harga perak juga bisa tertekan. Prediksi Tonny, harga perak semester I-2012 akan bergerak di rentang
US$ 26-US$ 44 per toz.
Ariston Tjendra, analis Monex Investindo Futures, memprediksi, harga perak jangka panjang cenderung stagnan. Adapun di jangka pendek dan menengah, harga perak negatif karena tekanan penguatan dollar Amerika Serikat (AS).
Dari sisi teknikal mingguan, pergerakan perak datar. "Stochastic weekly belum menunjukkan jenuh jual atau jenuh beli. Artinya, harga belum akan berbalik,” terang dia.
Di Indonesia, investasi di perak belum menjadi tren. Herman menilai, daya tarik perak belum setinggi emas sebagai instrumen investasi, karena komoditas ini masih dibebani Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 10%. "Orang jadi menimbang ulang untuk investasi perak," katanya.
Selain itu, investor perak masih kerap kesulitan menyimpan perak fisiknya. Perak mudah bereaksi terhadap oksidasi sehingga harus ada perawatan berkala. "Jika terkena reaksi kimiawi, kilapnya hilang. Nilainya bisa berkurang jika kotor, berbeda dengan emas," katanya.
Ariston menyarankan, jika ingin menikmati keuntungan perak, ada baiknya para pemilik dana memburunya melalui transaksi perak berjangka. Prediksi dia, harga perak akan berkisar US$ 29-US$ 37, hingga akhir tahun 2012.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
