Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi ikut mempengaruhi lelang surat utang negara syariah atau sukuk negara yang digelar, Selasa (28/5). Dalam lelang sukuk, kemarin, pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) hanya memenangkan sebesar Rp 735 miliar. Ini di bawah target pemerintah yang sebesar Rp 1,5 triliun.
Lelang kali ini menawarkan empat seri Project Based Sukuk (PBS), yakni PBS 001 (reopening), PBS 004 (reopening), PBS 005 (reopening) dan PBS 006 (new issuance). Dari penawaran yang masuk, pemerintah hanya memenangkan dua seri yakni seri PBS 001 dan PBS 005.
Instrumen bertenor lima tahun berseri PBS001 dimenangkan sebesar Rp 50 miliar dengan yield rata-rata tertimbang sebesar 5,40%. Adapun, yield tertinggi yang masuk mencapai 6,18%.
Seri lain, yakni PBS 005 bertenor 30 tahun terserap sebesar Rp 685 miliar dengan yield rata-rata tertimbang sebesar 7,09%. Yield tertinggi yang masuk sebesar 7,75%.
Dalam lelang sukuk sebelumnya yang digelar 14 Mei 2013, pemerintah menyerap seri PBS 005 dengan yield rata-rata tertimbang lebih kecil yakni di level 6,80%.
Analis Millenium Danatama Asset Management, Desmon Silitonga, mengatakan, investor meminta yield tinggi untuk mengantisipasi dampak tekanan inflasi akibat kenaikan harga BBM. Meskipun saat ini belum ada realisasi kenaikan suku bunga akibat tekanan inflasi, namun kemungkinan besar akan naik.
Oleh sebab itu, investor akan mengalami opportunity loss jika saat ini tidak meminta yield tinggi. "Namun karena itu pula pemerintah akhirnya hanya mengambil sedikit," kata Desmon.
Di sisi lain, seri yang ditawarkan oleh pemerintah kurang diminati oleh investor karena kurang likuid. Ketidaktertarikan investor tersebut terlihat dari minimnya jumlah penawaran yang masuk atau hanya sekitar Rp 1,63 triliun.
Total permintaan tersebut lebih rendah dibandingkan lelang sukuk sebelumnya yang mencapai Rp 3,22 triliun. "Seri yang ditawarkan berorientasi jangka panjang sehingga kurang menarik bagi investor jangka pendek," imbuh Desmon.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News