Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Perbankan mulai mencari pendanaan untuk menyalurkan kredit melalui penerbitan obligasi. Pada semester II-2017 diprediksi Indonesia akan banjir obligasi dari perbankan,
Desmon Silitonga, Fund Manager Capital Asset Management mengatakan, ramainya obligasi dari perbankan karena dana pihak ketiga (DPK) tidak terlalu memuaskan, melainkan stagnan. Perbankan yang diharapkan pemerintah memberi stimulus kredit pada infrastruktur juga tidak tumbuh siginifikan.
Terlebih, perbankan harus tetap menjaga bantalan modal karena imbas sentimen negatif, kredit bermasalah (NPL) cukup besar tahun lalu yang menggerus modal perbankan. Itulah sebabnya bank kini banyak mencari pendanaan melalui obligasi. "Perbankan harus menambah modal salah satunya melalui penerbitan obligasi," kata Desmon.
Desmon menilai, penerbitan obligasi oleh perbankan terbilang tepat. Dalam tiga tahun terakhir, hebohnya penerbitan obligasi dari perbankan sudah terjadi di saat tren yield obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara turun. Ini setelah mendapat kenaikan peringkat investasi dari lembaga pemeirngkat Standard and Poors (S&P). "Di saat yield obligasi turun bank memanfaatkan untuk mengeluarkan obligasi dengan rating triple A sekarang kupon bisa disekitar 8%," paparnya.
Bila dibanding dengan imbal hasil deposito hanya di sekitar 6%-7%. Namun dengan obligasi perbankan bisa menetapkan tenor lebih panjang hingga tujuh tahun bahkan 10 tahun. Jangka waktu ini berbeda jauh dengan deposito yang hanya bertenor satu bulan hingga satu tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News