Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Test Test
JAKARTA. Di pengujung tahun 2009, transaksi di pasar obligasi cenderung sepi. Akibat kondisi tersebut, beberapa perusahaan harus berjuang keras menjual obligasi untuk menggalang pendanaan.
Misalnya, PT Sinar Mitra Sepadan Finance (SMS Finance). Tingginya permintaan imbal hasil (yield) dari para investor memaksa perusahaan pembiayaan itu memperpanjang masa penawaran surat utang. Tujuannya adalah supaya bisa memenuhi target Rp 200 miliar.
Sementara, PT Multi Nitrotama Kimia (MNK) menunda penerbitan obligasi senilai Rp 200 miliar. Presiden Direktur MNK, NC Judyono mengatakan, banyak peminat obligasi yang meminta yield hingga 15%. "Jadi kami memilih pinjaman bank," katanya.
Menjelang tutup tahun, yield obligasi memang terus naik. Lihat saja FR0051, salah satu seri Surat Utang Negara (SUN) yang menjadi acuan. Selasa pekan lalu (22/12), yield FR0051 adalah 8,76%. Tapi, kemarin (29/12), yield seri ini naik 0,63% menjadi 8,81%.
Angky Mahendra, Manajer Investasi Batavia Asset Management menjelaskan, aksi ambil untung (profit taking) menjelang hari libur akhir tahun mengakibatkan harga obligasi terkoreksi. Ujungnya, yield menanjak.
Fenomena kenaikan imbal hasil ini diperkirakan berlanjut hingga tahun depan. Tapi, Angky optimistis, penerbitan obligasi oleh korporasi masih marak. "Sebab, bank cukup selektif dalam memberikan pinjaman," katanya. Apalagi, jangka waktu kredit bank tak sepanjang obligasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News