Reporter: Inggit Yulis Tarigan | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) mengumumkan dividen tunai senilai Rp1,77 triliun atau setara dengan Rp 108 per saham. Mengacu harga penutupan saham CPIN pada Selasa (27/5), yield dividennya sebesar 2,23%.
Dibandingkan dua kompetitornya yang sudah membagikan dividen, yield dividen CPIN lebih rendah.Yield dividen PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) berada di kisaran 8,36% dan yield dividen PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN) sebesar 8,55%.
Analis Infovesta Kapital Advisori, Ekky Topan menilai peningkatan laba bersih CPIN tahun lalu sebesar 71,7% menjadi Rp 3,77 triliun didorong oleh efisiensi operasional dan penurunan harga bahan baku pakan.
“Struktur bisnis CPIN yang terintegrasi memberi buffer saat tekanan sektor terjadi, jadi menurut saya tren pertumbuhan laba ini masih cukup berkelanjutan dalam jangka menengah, selama harga pakan stabil dan daya beli masyarakat tidak terganggu,” ujar Ekky kepada Kontan, (27/5).
Baca Juga: Charoen Pokphand (CPIN) Tebar Dividen Rp 1,77 Triliun, Catat Jadwal Lengkapnya
Meski dividend yield CPIN hanya sekitar 2,2% dan masih tertinggal dibanding JPFA dan MAIN, Ekky menilai CPIN tetap menarik untuk investor jangka panjang karena konsistensi kinerja dan dividen yang stabil setiap tahun.
“Jadi kenaikan dividen tahun ini bukan karena momentum sesaat, tapi lebih karena arah pertumbuhan profitabilitas yang solid dan strategi konservatif,” tambahnya.
Di sisi valuasi, CPIN diperdagangkan pada price to earnings ratio (PER) sekitar 12 kali–lebih tinggi dibanding JPFA dan MAIN yang ada di kisaran 6-7 kali. Menurut Ekky, pasar memberi premi atas fundamental CPIN yang lebih defensif dan stabil.
Baca Juga: Laba Charoen Pokphand (CPIN) Melonjak 116,16% di Kuartal I 2025
Namun, tantangan di sektor poultry tetap perlu dicermati. Ekky menyebut fluktuasi harga pakan impor, tekanan daya beli pasca pemilu, harga jual ayam hidup yang volatil, serta belum pulihnya permintaan dari segmen food service sebagai risiko yang masih relevan ke depan.
Dalam hal strategi investasi, Ekky menilai pilihan saham di sektor ini sangat bergantung pada profil risiko investor.
“CPIN cocok untuk yang cari kestabilan, JPFA lebih cocok untuk yang mengejar pertumbuhan agresif, sementara MAIN lebih spekulatif dengan yield tinggi tapi risiko margin yang lebih besar,” katanya.
Untuk CPIN, ia merekomendasikan hold dengan target teknikal jangka pendek menguji kembali di Rp 5.000 dan target jangka panjang di kisaran Rp 5.500 - Rp 5.600.
Selanjutnya: Maksimalkan Efek Pelemahan Dolar AS terhadap Rupiah, Analis Imbau Faktor Domestik
Menarik Dibaca: Ingin Kaya di 2025? Ini 5 Realita yang Harus Anda Tanggung, Tapi Layak Diperjuangkan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News