Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Bursa saham Asia, termasuk Indonesia, longsor hebat. Pidato Gubernur The Federal Reserve, Janet Yellen, yang akan menaikkan bunga acuan pada tahun depan membuat shock pasar saham.
The Fed akan menaikkan bunga acuan sekitar enam bulan setelah penghentian program stimulus. Skenario The Fed, suku bunga naik menjadi 1% di akhir tahun 2015, dan menjadi 2,25% pada akhir tahun 2016.
Pernyataan Yellen ini di luar dugaan pelaku pasar. Mereka panik dan pasar keuangan pun terguncang.
Di Tanah Air, pemodal asing bereaksi dengan membawa keluar dana mereka. Kemarin, total jual bersih (net sell) asing tercatat Rp 537,57 miliar. Kendati begitu, sejak akhir 2013, total net buy asing tercatat masih Rp 22,98 triliun.
Yang terang, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung terjerembab 2,5% ke 4.698,97. Rupiah juga melemah 0,83% ke Rp 11.407 per dollar AS sesuai data kurs tengah Bank Indonesia (BI).
Euforia pencalonan Joko Widodo (Jokowi) sebagai kandidat presiden Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) pupus tak berbekas. Padahal pekan lalu, euforia Jokowi mengangkat IHSG sebesar 3,22% ke posisi 4.878,64.
Edwin Sebayang, Kepala Riset MNC Securities memperkirakan, skenario The Fed yang di luar dugaan itu akan memicu dana asing keluar dari pasar. Terlebih, kalau BI mengerek BI rate sebagai antisipasi rencana The Fed.
Hitungan dia, potensi dana asing yang keluar dari bursa bisa mencapai Rp 10 triliun. Dus, prediksi Edwin, di akhir tahun, IHSG bakal bertengger di level moderat yakni 4.755.
Namun John Daniel Rahmat, Kepala Riset Mandiri Sekuritas, menilai, pasar hanya bereaksi berlebihan terhadap pernyataan Yellen tentang kenaikan bunga. Ia yakin, rencana The Fed menaikkan bunga bukan pemicu utama keluarnya dana asing.
Investor asing tetap melihat fundamental ekonomi Indonesia sebagai pertimbangan utama masuk atau keluar dari Indonesia. "Ini memang reaksi berlebihan dan pasar akan mulai konsolidasi," tandas John.
Helmi Therik, analis AM Capital juga yakin, dalam jangka pendek, IHSG akan berkonsolidasi dengan tren turun. Namun, dana asing masih akan terus masuk.
John justru lebih melihat potensi guncangan dari dalam negeri pada Mei nanti. Pada bulan ini, pemerintah akan merilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Perkiraan sementara, pertumbuhan ekonomi Indonesia di bawah harapan, apalagi BI menurunkan estimasi pertumbuhan ekonomi RI. Jika prediksi BI benar, kata John, bisa saja ada outflow dana asing.
Hitungan Jhon, jika tahun ini ekonomi Indonesia tumbuh 5,6%, IHSG hanya mencapai level 4.550 di akhir tahun. Namun jika ekonomi Indonesia tumbuh 6%, IHSG bisa mendaki ke posisi 5.550.
Proyeksi Helmi, IHSG bisa ke level 5.000 dengan price earning ratio (PER) 13 hingga 14 kali. Asalkan, ekonomi Indonesia tumbuh 5,7%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News