kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

WSKT mengaku tak butuh persiapan khusus sebelum gabung ke holding BUMN infrastruktur


Selasa, 09 Juli 2019 / 20:18 WIB
WSKT mengaku tak butuh persiapan khusus sebelum gabung ke holding BUMN infrastruktur


Reporter: Aloysius Brama | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten infrastruktur plat merah PT Waskita Karya Tbk (WSKT, anggota indeks Kompas100) menyatakan tak ada persiapan khusus yang dilakukan oleh perusahaan untuk bergabung dalam holding BUMN infrastruktur yang dicanangkan pemerintah. 

“Kita tidak ada persiapan khusus. Kita siap,” tegas Direktur Utama WSKT I Gusti Ngurah Putra dalam lawatannya ke forum Kompas100 CEO-Talks yang diselenggarakan oleh Harian Kompas, Selasa (9/7) di Menara Kompas, Jakarta.

Putra mengapresiasi langkah pemerintah tersebut. Menurutnya, proses holding akan menguntungkan semua BUMN infrastruktur. Pasalnya selama ini BUMN konstruksi dan infrastruktur seperti WSKT harus memeras otak cukup keras untuk mengatur keuangannya agar tetap sehat.

Baca Juga: Sierad Produce (SIPD) tak terpengaruh gejolak harga ayam

Putra mengakui salah satu tantangan perusahaan konstruksi adalah mencari cara bagaimana agar arus keuangan perusahaan tetap dalam kondisi baik. Hal tersebut lantaran selama ini, proyek-proyek BUMN konstruksi dan infrastruktur lebih didominasi oleh proyek turnkey alias bayar setelah jadi.

Pun begitu, perusahaan juga tak bisa selamanya langsung mendapat uang segar dari transaksi turnkey itu. “Sistemnya pakai sertifikat sebelum menjadi kuitansi. Sedangkan prosesnya butuh waktu hingga 60 hari,” ungkap Putra.

Sedangkan di satu sisi proyek-proyek yang dikerjakan perusahaan pasti membutuhkan uang segar yang keluar sepanjang hari. “Kita kerjasama dengan supplier dan pihak lain itu sistemnya bayar cash,” kata Putra. Kondisi tersebut cenderung membuat cashflow perusahaan konstruksi seperti WSKT agak memerah.

Hal itu belum menimbang beban perusahaan untuk menalangi dana pembebasan lahan sebagaimana diamanatkan oleh pemerintah. “Pembebasan lahan kan menggunakan uang APBN. Sedangkan proses dari perumusan hingga pencairan APBN sendiri cukup panjang. Proyek tidak bisa berhenti begitu saja, makanya mau tidak mau pakai uang kita dulu,” ujar Putra. 

Baca Juga: Segera stock split, bagaimana prospek saham Pelayaran Tempuran Emas (TMAS)?

Putra mengatakan setidaknya pihaknya masih memiliki piutang dari pemerintah sebesar Rp 17 triliun khusus untuk pembebasan lahan.

Menurut Putra, dibentuknya holding infrastruktur akan membuat kapasitas perusahaan-perusahaan di sektor tersebut meningkat. “Katakanlah kami, Hutama Karya, Adhi Karya (ADHI, anggota indeks Kompas100), Wijaya Karya (WIKA, anggota indeks Kompas100) dan Jasa Marga (JSMR, anggota indeks Kompas100) berkumpul itu modalnya nggak kurang dari Rp 100 triliun,” kata Putra. 

Dengan begitu maka, kemampuan perusahaan untuk melakukan leverage bisa lebih optimal.

Selain dari pendanaan, holding yang dibentuk bisa semakin mengefisiensikan dan mengefektifkan kinerja perusahaan. “Sumber daya, baik manusia maupun alat, bisa switching dengan mudah sesuai keperluan. Ini bisa tersinkronisasi. Harapannya, membuat efektifitas operasi lebih efisien. Fleksibiliatas anggota holding juga lebih tinggi,” ujar Putra pada kesempatan tersebut.

Baca Juga: Tahun lalu merugi, Dwi Guna Laksana Tbk (DWGL) tak bagi-bagi dividen

Sebelumnya, kementerian BUMN menyatakan akan segera merealisasikan pembentukan holding BUMN infrastruktur. Saat ini proses pembentukan tersebut tinggal menunggu penerbitan Peraturan Pemerintah (PP).

Kementerian BUMN telah menunjuk Hutama Karya sebagai induk holding. Sedangkan di bawahnya akan diisi oleh Waskita Karya, Jasa Marga, Adhi Karya, Yodya Karya dan Indra Karya. Pembentukan holding ini bertujuan agar perusahaan terkait dapat bersinergi dan memperkuat kemampuan pembiayaan untuk proyek strategis.

Putra juga menampik bahwa proses holding itu berpotensi memunculkan aksi sikut-sikutan diantara perusahaan terkait. “Itu tidak mungkin karena kementerian BUMN sudah memandatkan kinerja kepada masing-masing dari kami,” ujar Putra.

Baca Juga: Japfa Comfeed (JPFA) resmikan pabrik baru dengan investasi Rp 600 miliar di Sumut

Putra mengatakan, selama ini pihaknya dimandatkan untuk mengambil alih beberapa proyek jalan tol yang mangkrak, disamping pembangunan yang benar-benar baru.

Menurutnya strategi tersebut terbukti efektif meningkatkan kinerja WSKT. “Setelah tahun 2014 kita geser strategi dengan banyak ambil tol dan investasi di situ, dalam 5 tahun, kalau diakumulasi laba kita mencapai Rp 15 triliun. Padahal sebelumnya rata-rata kita bisa capai laba di kisaran Rp 300 miliar hingga Rp 350 miliar saja per tahun,” ungkap Putra.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×