Reporter: Harry Febrian | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) menjajaki pembangunan proyek di luar negeri untuk ekspansi bisnisnya. Meski belum memberikan kontribusi yang signifikan bagi kinerja emiten konstruksi pelat merah ini, namun proyek-proyek di luar negeri memiliki potensi bisnis yang cukup besar.
Ambil contoh pembangunan shopping mall di Libia. Setelah sempat tertunda, WIKA kembali mengirim tim untuk melihat perkembangan proyek tersebut. Proyek senilai US$ 7 juta ini baru terlaksana 10%, sebelum gejolak politik terjadi di negara itu.
WIKA juga mengirim tim untuk menjajaki pasar jasa konstruksi di sejumlah negara Timur Tengah yang lain, seperti Irak, Arab Saudi, dan Qatar. Kawasan itu dipilih karena dinilai memiliki potensi. Ambil contoh di Irak, pemerintah setempat berniat membangun infrastruktur yang hancur akibat perang.
Negara lain yang menjadi incaran WIKA adalah Myanmar. Di sana, WIKA menggandeng PT Semen Gresik Tbk (SMGR), untuk menggarap pembangunan pabrik.
Kontribusi masih kecil
Analis BNI Securities, Maxi Liesyaputra, menilai, pasar yang WIKA sasar tersebut memang sedang bertumbuh. "Meski kontribusi pendapatan dari proyek di luar negeri tidak sampai 10% pada tahun ini," kata dia.
Sebagai langkah keseriusan menggarap pasar luar negeri, WIKA membentuk departemen khusus untuk mengurusi proyek di luar negeri, terutama untuk wilayah Afrika Utara dan Timur Tengah.
Michele Gabriella, analis Trimegah Securities, mengatakan, pertumbuhan ekonomi di wilayah Asia lebih menjanjikan daripada negara maju. Tapi, agenda ekspansi itu memang bersifat jangka panjang. "Ini strategi diversifikasi bisnis WIKA," ujar Michele.
Namun, pengelolla WIKA harus pula memperhatikan faktor cuaca dan budaya di masing-masing negara, termasuk juga faktor non operasional seperti iklim politik. Untuk proyek di dalam negeri, WIKA sedang membidik proyek mass rapid transit (MRT) tahap pertama yang terbentang dari Lebak Bulus ke Bunderan Hotel Indonesia.
WIKA akan mengikuti tender atas lima paket proyek MRT, yaitu dua paket MRT bawah tanah (underground) dan tiga paket proyek MRT permukaan (elevated).
Sejak pencanangan proyek Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), proyek-proyek infrastruktur yang WIKA garap makin ramai. Pada Februari lalu, konsorsium yang melibatkan WIKA ditunjuk sebagai pelaksana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Kaltim (Peaking) 2x (50-60) MW milik PT PLN. Nilai kontrak proyek itu Rp 925,438 miliar.
Selama tiga bulan pertama di 2012, WIKA berhasil mencatatkan pertumbuhan pendapatan 13% year on year (yoy) menjadi Rp 1,75 triliun. Sedangkan laba bersih WIKA meningkat 22,59% yoy menjadi sebesar Rp 104,45 miliar.
Maxi dan Michele memasang rekomendasikan buy untuk WIKA dengan target harga yang sama, yaitu Rp 1.200 per saham. Anthony Yunus, Analis Kim Eng Securities memberi rekomendasi hold dengan target harga Rp 1.100 per saham.
Harga WIKA, Kamis (24/5), ditutup menguat 0,99% menjadi Rp 1.020 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News