Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Pada akhir transaksi sore ini (19/6), mata uang rupiah rebound dari level terlemahnya dalam empat bulan terakhir. Data yang dihimpun Bloomberg menunjukkan, pada pukul 16.17 WIB, rupiah menguat 0,5% menjadi 11.934 per dollar AS.
Kemarin, mata uang Garuda ini keok hingga ke level 12.027 per dollar AS. Ini merupakan level terlemah sejak 13 Februari lalu. Jika ditotal, sepanjang kuartal ini, pelemahan rupiah mencapai 4,8% dan melemah 2% di sepanjang tahun 2014.
Penguatan rupiah terjadi pasca pernyataan the Federal Reserve yang menyatakan akan menahan suku bunga acuan di level rekor terendahnya untuk beberapa waktu ke depan. Kondisi itu mengerek tingkat permintaan terhadap aset-aset emerging market.
Selain itu, Bank Indonesia (BI) menargetkan akan terjadi penurunan defisit neraca menjadi sekitar 3% dari Produk Domestik Bruto pada 2014. Sebagai perbandingan, pada 2013, defisit neraca Indonesia berada di posisi 3,26%.
"Indonesia memiliki defisit yang cukup besar. Tingkat suku bunga AS yang rendah berarti akan sangat mudah untuk menambal defisit tersebut. Rupiah mendapatkan keuntungan dari rendahnya suku bunga," jelas Jonathan Cavenagh, currency strategist Westpac Banking Corp.
Dia memprediksi, rupiah dapat melemah hingga ke level 12.100 per dollar AS pada bulan depan karena pemberian subsidi BBM di tengah melonjaknya harga minyak dunia membuat perekonomian Indonesia rentan.
Harga minyak dunia memang semakin mendidih beberapa waktu terakhir karena sentimen Irak. Berita terkini, terjadi pertempuran antara pasukan militer Irak dengan kelompok militan di kota Baghdad bagian Utara. Pihak militan saat ini tengah berupaya untuk mengambil alih kilang minyak utama Irak di Baiji.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News