Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Harga paladium kian meroket. Dukungan dari permintaan sektor otomotif yang naik serta ketidakstabilan kondisi geopolitik global jadi penopang utama naiknya harga paladium. Meski demikian, analis menduga koreksi teknikal sedang membayangi pergerakan ke depannya.
Mengutip Bloomberg, Jumat (2/6) harga paladium kontrak pengiriman September 2017 di New York Mercantile Exchange melambung 1,87% ke level US$ 838,42 per ons troi dibanding hari sebelumnya. Dalam sepekan terakhir bahkan harga paladium sudah terbang 6,57%.
Andri Hardianto, Research and Analyst PT Asia Tradepoint Futures memaparkan dorongan utama bagi naiknya harga paladium datang dari sektor otomotif. Terbaru, suntikan tenaga datang dari pernyataan European Automobile Manufacturer Association (EAMA) bahwa pasar kendaraan bermotor di tahun 2017 khususnya pasar Eropa akan semakin menggeliat.
Sebagai komoditas yang dijadikan bahan baku sektor otomotif, jelas hal ini mendongkrak harga. Tidak berhenti di situ, CPM Gorup menduga kenaikan harga paladium masih mungkin terjadi dalam jangka waktu panjang.
Salah satu dukungannya dengan perkiraan bahwa permintaan mobil bermesin diesel yang masih akan tinggi akan jadi pendukung kenaikan harga. Bahkan diproyeksi harga paladium bisa terbang ke kisaran US$ 865 per ons troi dengan fundamental yang positif seperti saat ini.
“Proyeksi kenaikan permintaan ini sejalan dengan prediksi bahwa akan terjadi defisit pasokan paladium di 2017. Tentu hal tersebut kuat imbasnya bagi harga,” ujar Andri.
Berkaca pada fundamental ini Andri memperkirakan harga paladium berpotensi jaga kenaikan pada Senin (5/6). Sebab, aksi teror yang terjadi di London, Britania Raya, pada Minggu (4/6) berimbas pada timbulnya ketidakstabilan kondisi geopolitik global yang bisa semakin mendongkrak harga paladium sebagai salah satu safe haven.
Jika nantinya harga emas tercatat naik maka paladium bisa ikut mempertahankan kenaikannya. “Meski di sisi lain kans harga terkoreksi juga terbuka mengingat kenaikan yang ada sudah terjadi cukup signifikan,” tebak Andri.
Ada potensi timbul aksi profit taking yang bisa memicu harga terkoreksi untuk sementara waktu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News