Reporter: Dian Sari Pertiwi, Dityasa H Forddanta | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelaku pasar sudah cukup lama menggosipkan rencana pengaturan ulang komposisi saham pengisi indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI). Kemarin, saham-saham pengisi indeks MSCI baru akhirnya diumumkan.
Dari Indonesia, ada satu saham baru yang mengisi indeks MSCI Global Standard. Sebagaimana rumor yang beredar, saham PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) menjadi pendatang baru. Sementara saham PT XL Axiata Tbk (EXCL) tersingkir.
Sementara di indeks MSCI Global Small Cap ada satu saham baru dari Indonesia, yakni PT Trada Alam Minera Tbk (TRAM). Di sisi lain, ada lima saham yang tersingkir, di antaranya PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON) dan PT Indofarma Tbk (INAF).
Yang perlu dicermati, porsi saham Indonesia di kedua indeks tersebut mengecil. Sebab, MSCI memasukkan banyak saham baru dari China. Di indeks MSCI Global Standard, ada 302 saham baru dari China dan tidak ada saham yang keluar. Di indeks MSCI Global Small Cap, ada 22 saham baru dari China, dan 116 saham dicoret dari indeks ini.
Pendatang baru di indeks MSCI Global Standard dari China antara lain saham Shaanxi Coal, salah satu produsen batubara terbesar China. Selain itu ada saham Sinopec.
Vice President Research Artha Sekuritas Frederik Rasali menilai, rebalancing indeks MSCI ini bakal memberatkan prospek sahamnya. Soalnya, indeks tersebut menjadi salah satu acuan investor asing ketika ingin masuk ke saham lokal.
Selain itu, lantaran bobot saham China di indeks makin besar, hal ini bisa mengakibatkan investor asing yang memakai indeks MSCI sebagai benchmark penyusunan portofolio memindahkan dana ke China. Kepala Riset Narada Capital Kiswoyo Adi Joe mensinyalir, keluarnya dana asing dari bursa belakangan ini juga lantaran mengantisipasi rebalancing indeks MSCI.
Apalagi, fundamental China saat ini juga masih menarik. Bertoni Rio, Senior Analyst Research Division Anugerah Sekuritas Indonesia menilai, investor asing akan lebih mempertimbangkan peluang investasi di China. "Iklim politik di China lebih stabil, hal ini bisa mendorong kinerja emiten di China," kata Bertoni kepada Kontan.co.id, kemarin.
Meski begitu, Frederik masih yakin indeks saham dalam negeri tidak lantas rontok gara-gara rebalancing indeks MSCI ini. Salah satu alasannya, investor lokal juga sudah mulai bangkit. "Terutama investor ritel," kata dia.
Selain itu, meski data ekonomi terbaru tidak terlalu kinclong, analis menilai secara umum fundamental dalam negeri masih cukup kuat. Ini masih akan menarik investor asing untuk berinvestasi di Indonesia. "Tidak semua investor mengacu ke MSCI," tutur Frederik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News